Menurut
Wilkipedia Retorika adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk
menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen.
Dalam politik, retorika menjadi modal penting untuk daya jual sebuah partai.
Dalam setiap konsep maupun visi misi partai, partai harus mampu beretorika
secara meyakinkan kepada konstituen dalam hal ini rakyat, sebagai penentu dalam
kemenangan partai politik.
Dinamika
politik yang terjadi saat ini, secara nasional masyarakat menyadari bahwa
partai politik terbelah menjadi dua kubu, yang kemudian disebut koalisi merah
putih versus koalisi indonesia hebat.
Usai pemilihan presiden pada 9 juli yang
lalu, dinamika dinamika tersebut belum juga mencair, solidnya koalisi merah
putih telah mengkhawatirkan koalisi indonesia hebat, kuatnya koalisi merah
putih telah melahirkan 2 UU kontroversi yang selama ini masih diperdebatkan
yaitu UU MD3 dan UU Pilkada, koalisi indonesia hebat pun tak mampu membendung
kekuatan itu sampai sekarang.
Posisi ketua
DPR yang seharusnya milik PDIP sebagai mayoritas di parlemen, itu pun telah
dijegal melalui UU MD3 yang diprakasai oleh koalisi merah putih, sehingga
penentuan ketua DPR diharuskan melalui mekanisme pemilihan, dengan begitu
koalisi merah putih telah mampu menjadi macan asia diparlemen dengan penentuan
jatah posisi yang dipersiapkan oleh partai partai yang bernaung didalam koalisi
merah putih.
Dalam
parlemen, retorika politik tidaklah menjadi kekuatan utama dalam memenangkan
setiap argumentasi para dewan, yang terpenting diparlemen adalah koalisi,
dengan kekuatan koalisi maka mereka mampu membuat dan membentuk apapun yang
mereka inginkan, kita ketahui bagaimana kekuatan koalisi merah putih diparlemen
sehingga mereka mampu menghasilkan produk UU yang mereka atur sedemikian rupa
untuk menjegal kekuatan koalisi indonesia hebat, melalui pembagian jatah posisi
jabatan, koalisi merah putih telah mampu menguasai parlemen dengan jabatan ketua
sampai wakil wakil ketua, sedangkan koalisi indonesia hebat tidak mendapat
posisi apa apa, padahal pemenang pemilu adalah PDIP.
Politik itu
dinamis, begitulah yang sering kita dengar dalam beberapa bulan ini dari
pengamat ketika tampil di acara acara televisi sebagai komentator, tapi melihat
situasi sekarang, kedinamisan politik agaknya mulai menemukan jawaban, koalisi
mana yang mampu mengatur posisi jabatan kepada partai koalisinya, itulah yang
akan menjadi penguasa parlemen, hebatnya koalisi merah putih dalam mengatur
posisi jabatan kepada anggotanya telah menjadikan mereka tim yang solid.
Macan asia
telah membuktikan ketajaman taringnya diparlemen, mereka tidak membutuhkan
retorika politik, karena kekuatan jumlah suara mereka adalah modal utama,
retorika politik hanya dibutuhkan pada saat kampanye, mengelabui para
konstituen untuk memilih mereka sebagai wakil rakyat, untuk saat ini mereka
hanya membutuhkan koalisi yang solid, dengan solidnya koalisi mereka mampu
membuat apapun yang mereka inginkan, seperti UU Pilkada yang dikembalikan
kepada DPRD.
Dengan
dinamika yang terjadi dan retorika politik yang tidak lagi dibutuhkan sebagai
modal utama, apa yang kemudian harus dilakukan oleh koalisi indonesia hebat,
haruskah kata tidak transaksional diganti dengan transaksional, untuk menjawab
segala persoalan yang terjadi di koalisi indonesia hebat, karena apapun cerita,
partai yang berada di bawah koalisi merah putih tak akan mau beralih ke koalisi
indonesia hebat tanpa adanya transaksional, sedangkan jika koalisi indonesia
hebat terus mempertahankan sikap retorika politiknya "tidak
transaksional" maka hanya akan menjadi boneka parlemen. Dengan begitu
dipastikan pemerintahan Jokowi JK yang berada di koalisi Indonesia Hebat tak
akan berjalan maksimal dan akan terjadi banyak penjegalan untuk satu periode
mendatang.
Selamat
berjuang, rakyat tak akan menemukan kemenangan yang sesungguhnya, karena
politik adalah kekuasaan, sedangkan kekuasaan adalah partai politik. Partai
politiklah yang menjadi pemenang, mereka hanya butuh modal retorika sebelum
pemilu dan koalisi setelah pemilu. Siapa yang mendengar rakyat, rakyat hanya
akan menjadi bensin yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan menuju senayan,
tiba disenayan, rakyat diparkirkan kemudian akan digunakan menjelang pemilu selanjutnya.
#SaveIndonesia
Kesalahan kita (rakyat) yang sebenarnya menghancurkan tatanan negara yang kita cinta, bukan kesalahan mereka, dia, kamu atau asing, tapi kita, kita, kita rakyat Indonesia, yang hanya bisa menjadi bensin kendaraan wakil rakyat.
Kesalahan kita (rakyat) yang sebenarnya menghancurkan tatanan negara yang kita cinta, bukan kesalahan mereka, dia, kamu atau asing, tapi kita, kita, kita rakyat Indonesia, yang hanya bisa menjadi bensin kendaraan wakil rakyat.
Hancurnya
sebuah Negara bukan karena banyaknya orang jahat yang ada di dalam Negara itu
tetapi karena diamnya orang orang baik ( Napoleon Bonaporte ).
Jangan diam,
jangan jangan jangan.
Retorika Dan Dinamika Politik
Reviewed by Anonim
on
Oktober 02, 2014
Rating: