Siapa
yang tidak pernah dengan kata-kata “orang aceh malas” karena ini yang sering
dilontarkan oleh orang orang non Aceh, bahkan saat ini kata kata tersebut
semakin sering terdengar ketika Aceh telah menjadi daerah yang mulai ramai
pendatang, media-media juga tidak mau kalah membahas permasalahan budaya orang
Aceh yang pemalas ini, hampir rata rata ketika kita mendengar orang non aceh
yang sudah berkunjung ke Aceh mengatakan bahwa orang orang aceh itu pemalas,
dan lebih memilih duduk di warung kopi ketimbang bekerja, tapi benarkah orang
Aceh malas?.
Muhammad
Nazar (Wakil Gubernur Aceh Periode 2006-2011) pernah mengatakan Konflik
berkepanjangan masa lalu di Provinsi Aceh, kini masih menyisakan
empat persoalan buruk. Empat persoalan itu adalah kemiskinan, kebodohan, cepat
marah, malas bekerja, dan sikap saling curiga yang berlebihan.
Padahal,
sifat buruk itu bukanlan karakter asli masyarakat Serambi Mekah. Itu terbentuk
secara tidak sengaja selama koflik berkepanjangan sehingga menumbuhkan
harapan-harapan yang tidak pasti.
Dan
menurut catatan Muhammad Nazar Aceh telah berperang selama 115 tahun dan baru
hidup dalam damai 13 tahun itupun termasuk setelah adanya Mou Helsinky. Menurut
ilmu teoristis untuk mengembalikan karakter masyarakat kepada mulanya,
dibutuhkan waktu sama dengan seberapa lama daerah tersebut berperang.
Dalam
catatan sejarah pada masa kerajaan saya tidak pernah membaca dimana dikatakan
bahwa Bangsa Aceh adalah sebagai bangsa pemalas, dimana mereka lebih memilih
duduk dirumah ketimbang pergi bekerja ke ladangnya, hal ini tidak ada
sedikitpun catatan yang menyatakan bahwa bangsa aceh sebagai bangsa yang
pemalas, bila kita kembali menelusuri sejarah Aceh, baik pada masa sultan
iskandar muda yaitu puncak kejayaan aceh terlihat jelas disitu berbagai peran
dimainkan baik rakyatnya maupun pemimpin negeri aceh, dimana terlihat semua
giat bekerja memakmurkan negeri aceh, setelah itu ketika perang melawan
penjajahan kolonial belanda, rakyat aceh jugalah yang paling gigih bertempur
mengusir kolonial belanda sehingga indonesia mendapatkan kemerdekaan.
Dari
sudut pandang manapun terlihat tidak ada yang mengatakan bahwa bangsa aceh
sebagai sebuah negeri yang dihuni oleh orang orang malas, namun kenapa saat ini
banyak masyarakat non aceh yang mengatakan bahwa orang aceh malas malas,
melihat dari kisah perjalanan aceh perlu kita telusuri dimana bahwa perubahan
karakter telah terjadi selama ratusan tahun, yaitu aceh tidak pada kondisi yang
aman dan damai, konflik berkepanjangan telah mengubah karakter rakyat aceh jauh
dari wujud aslinya.
Ada
perubahan karakter dan budaya yang besar di alami oleh rakyat aceh ketika
konflik yang bekepanjangan tersebut, bukankah ketika masa kesultanan aceh
dikenal dengan bangsa yang hebat dan gigih dalam aspek apapun.
Sangat
tidak adil ketika saat ini aceh diklaim sebagai daerah yang dihuni oleh
penduduk malas, karena konfliklah yang telah mengubah segalanya, hal ini akan
dialami oleh setiap individu manusia, misalnya ketika seseorang libur dari
aktifitasnya seperti biasa selama satu bulan, nah ketika pada hari pertama dia
melakukan pekerjaannya kembali pasti rasa malas ada dibenak orang tersebut,
padahal itu baru satu bulan.
Lalu
bagaimana dengan aceh yang telah mengalami konflik selama 115 tahun, tentunya
telah mengubah semuanya, disaat konflik rakyat aceh tidak bisa melakukan
pekerjaan, lalu ketika damai seperti ini tentunya rasa malas dan perubahan
karakter negatif pasti akan terjadi pada masyarakat aceh seperti cepat
marah, malas bekerja, dan sikap saling curiga yang berlebihan.
Hal
ini merupakan hal yang wajar di alami oleh masyarakat yang hidup dalam konflik,
apalagi konflik yang di alami oleh masyarakat aceh sangat berkepanjangan,
sehingga butuh waktu yang panjang pula untuk mengembalikan karakter dan budaya
masyarakat aceh.
Lalu
beranjak dari hal ini, masih pantaskah orang aceh dikatakan malas, tanpa
menelusuri dan memahami aceh seutuhnya, ada benarnya seperti apa yang dikatakan
oleh Arif Ramdan pengarang buku ACEH di Mata Urang Sunda “Memahami Aceh
Tidak Mudah Tapi Mencintai Aceh Sangatlah Mudah”, pendatang yang telah
menetap di Aceh belum tentu memahami karakter dan budaya masyarakat Aceh namun
orang yang baru menginjak kaki ke Aceh sangat mudah dan cepat mencintai Aceh.
Benarkah Orang Aceh Malas
Reviewed by Unknown
on
Agustus 09, 2013
Rating: