Pilkada 2017 membuka mata kita, yang
kemudian membuat saya berputar otak untuk melihat sekilas apa yang terjadi
ditahun 2012 silam, ketika nama Zaini Abdullah disebut sebagai calon Gubernur
dari Partai Aceh. Pertanyaan-pertanyaan siapa Zaini Abdullah menjadi riuh di
kampung-kampung, jawaban yang paling dapat diterima oleh masyarakat adalah
"Zaini Abdullah Mentro GAM dan orang terdekat Hasan Tiro di Luar
Negeri", karena faktanya memang masyarakat Aceh tidak begitu mengenalinya,
tapi Partai Aceh punya sosok yang dikenal diseluruh Aceh yaitu Muzakir Manaf,
keputusan para tuha peut Partai Aceh menugaskan Muzakir Manaf sebagai calon
Wakil Gubernur saya yakini bukan semata mata karena ia ketua Partai Aceh, tapi
juga karena dialah yang memiliki pasukan siap kerja dilapangan dan juga orang
yang paling dikenal di Aceh.
Akhirnya kerja itu menghasilkan kemenangan,
Zaini Abdullah sukses menduduki kekuasaan tertinggi di Aceh. Tak lama setelah
berkuasa, desas desus tentang perpecahan senter terdengar, namun tidak ada
pernyataan yang membenarkan diantara kedua mereka, kabarnya Zaini Abdullah
meninggalkan Muzakir Manaf, ia tidak mendapatkan kekuasaan apa-apa, segala
akses ditutup yang membuat Muzakir Manaf tidak bisa berbuat apa-apa. Kabar
tersebut berhembus kepublik pasca pemilihan presiden tahun 2014, mereka secara
terang-terangan mulai memperlihatkan kepublik jika selama ini tidaklah akur
keduanya.
Kemudian berlanjut hingga Pilkada 2017, jika
ditahun 2012 mereka pecah menjadi 2 kepingan, kali ini pecah lagi menjadi 4
kepingan besar, yaitu Muzakir Manaf, Zaini Abdullah, Zakaria Saman dan Irwandi
Yusuf. Hasilnya menunjukkan bahwa Zaini Abdullah hanya memperoleh suara 6,92℅
sedangkan Zakaria Saman 5,52℅, kemudian Irwandi Yusuf berada pada posisi
pertama lalu disusul Muzakir Manaf. Hasil tersebut menunjukkan, pertama; Zaini
Abdullah telah gagal merelaisasikan janjinya sehingga ia tidak lagi mendapatkan
kepercayaan masyarakat, kedua; bahwa ditahun 2012 Zaini Abdullah mendapatkan kursi
Gubernur bukan karena sosoknya yang dikenal masyarakat Aceh, tapi karena
ketokohan dan pasukan kerja Muzakir Manaf yang mengantarkannya ke kursi
singgasana itu.
Pilkada 2017 tersebut menghasilkan satu
pertanyaan besar terhadap saya, yaitu “Perang Melawan Muzakir Manaf”. Mereka
Zaini Abdullah, Zakaria Saman dan Irwandi Yusuf adalah terlihat seperti tiga
serangkai yang memasang strategi untuk berperang melawan Muzakir Manaf, Zaini
Abdullah terlihat sosok yang paling puas terhadap hasil Pilkada, karena tidak
dimenangkan oleh Muzakir Manaf dan ia juga sadar bahwa Pilkada 2017 tidak
mungkin dimenangkan oleh dirinya, maka ia mencari sosok yang harus menang
selain Muzakir Manaf dan ia adalah Irwandi Yusuf.
Maka tidak heran jika kita melihat hasil
pilkada, bahwa yang selama ini orang-orang prediksi sebagai basis suara Zaini
Abdullah malah dimenangkan dengan suara mayoritas untuk Irwandi Yusuf. Kemudian
pernyataan Zaini Abdullah diberbagai media pasca pilkada setidaknya menunjukkan
betapa ia bersyukur karena pilkada kali ini tidak dimenangkan oleh Partai dan
orang yang pernah mengantarkannya ke singgasana.
Kemenangan Irwandi Yusuf, setidaknya ia
tidak perlu was-was dalam mengakhiri masa jabatan dan masa pensiunnya dan tidak
perlu pula cemas untuk hadir dalam acara penyerahan jabatan kepada Gubernur
selanjutnya seperti apa yang dialami oleh Irwandi Yusuf pada 5 tahun silam
ketika penyerahan Jabatan kepada Zaini Abdullah.
Ia, Zaini Abdullah kalah untuk kemenangan
Perang Melawan Muzakir Manaf
Reviewed by Yudi Official
on
Maret 18, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: