Panas
mulai terasa, percikan api mulai muncul, korek api segera dihidupkan dan
pengambil keuntungan akan segera bermunculan untuk menyiram bensin atas
dinamika yang sedang berkembang di Aceh, begitulah realitas yang akan terjadi
dalam kondisi politik kekinian di Aceh, dalam beberapa minggu ini kita sering
melihat dan membaca media media yang membahas kemunculan dan gerakan Badan
Penyelamat Pemerintah Aceh atau yang disingkat (BP2A).
Gerakan ini muncul pasca
usai pilpres kemarin langsung menjadi hangat dan pembicaraan media media
ternama di Aceh, bahkan diberitakan dihalaman depan media ternama di Aceh.
Kemunculan
mereka yang secepat kilat itu dengan dimotori oleh beberapa tokoh yang terkenal
di Aceh memunculkan berbagai spekulasi di masyarakat. Opini berkembang pesat di
masyarakat terhadap gerakan yang dilakukan oleh organisasi yang disebut BP2A
ini, mereka juga telah beberapa kali melakukan aksi dan manufer politik
terhadap Gubernur Aceh, kehadiran mereka dan gerakan yang mereka lakukan secara
terang menerang untuk menurunkan kepemerintahan Zaini Abdullah tanpa Muzakir
Manaf adalah menjadi sebuah isu manufer politik seberang. Masyarakat telah
berspekulasi bahwa ini adalah manufer Muzakir Manaf untuk menghilangkan
kekuasaan Zaini Abdullah.
Meski
beberapa kali BP2A membantah akan spekulasi yang berkembang itu, tapi tetap
saja beberapa lembaga masyarakat yang tergabung melakukan manufer balik dengan
menuding BP2A adalah merupakan organisasi pesanan, seperti beberapa LSM di
Pidie yang menuding bahwa BP2A ditunggangi oleh kepentingan tertentu.
Siapakah
yang kemudian diuntungkan dalam manufer manufer politik seperti ini, kemudian
siapa yang dirugikan. Ini harus menjadi prioritas masyarakat dalam mengkaji isu
isu politik ini, jangan sampai kemudian masyarakat malah terpengaruh dalam
perangkap konspirasi politik elit tersebut.
Apapun
cerita dan apapun alasannya, tentu stabilitas politik dan keamanan di Aceh
harus tetap di jaga, agar pertumbuhan ekonomi tidak terhambat dan pemerintah
Aceh bisa focus terhadap pembangunan yang direncanakan, jika kemudian
masyarakat masih saja terkukung dalam manufer manufer politik seperti ini maka
jangan harap pertumbuhan pembangunan di Aceh berjalan dengan baik dan kemudian
masyarakatlah yang rugi karena telah masuk dalam perangkap konspirasi politik
yang diperankan oleh para elit.
Masyarakat
Aceh selama ini memang seperti telah kehilangan roh nya, roh keacehan yang
dibangun dalam bentuk kesoliditas telah hilang, kita telah melupakan bahwa kita
satu untuk melawan kezaliman terhadap Aceh, tapi sekarang kita malah disibukkan
dengan dinamika internal, manufer manufer politik malah dimainkan didalam
internal Aceh itu sendiri, kita telah lupa, apa yang seharusnya kita
perjuangkan dan siapa sebenarnya musuh kita. Kita telah bereforia dengan
kemerdekaan meski itu adalah sebenarnya sebuah mimpi yang dinyanyikan ketika
kita dalam ketiduran.
Dalam
pandangan penulis, masyarakat Aceh memang perlu melakukan penyelematan,
penyelamatan terhadap sekelompok yang ingin memecah belahkan persatuan rakyat
Aceh, karena dengan memecah belahkan persatuan rakyat Aceh, maka kondisi Aceh
tidak akan kunjung membaik, perekonomian akan berjalan lambat, sedangkan
pemerintah Aceh disibukkan dengan mengurus hal hal yang bersifat konflik
internal. Sedangkan masyarakat kembali dirugikan dengan kondisi seperti ini.
Manufer Politik Internal Di Aceh
Reviewed by Anonim
on
September 09, 2014
Rating: