Aku
tinggal di sebuah negeri omong kosong. Negeri dimana mereka lebih suka
meributkan sesuatu yang baru akan mereka rencanakan untuk dilakukan. Ketika
negeri ini masih sibuk berdebat tentang mau makan apa mereka, maka anak-anak
mereka sudah mati kelaparan. Mereka sibuk memperdebatkan sistem yang terus menerus
mereka ubah tanpa pernah sempat mereka lakukan.
Mereka
lebih suka membanding-bandingkan Pancasila dengan ideologi-ideologi lain
semisal sosialis, kapitalis, dan menyebutnya sebagai ideologi banci. Akan
tetapi jangankan melaksanakannya, mereka bahkan tidak paham apa yang mereka
bicarakan. Mereka adalah orang-orang yang hanya bisa mencemooh apa milik mereka
sendiri. Mereka itulah banci sebenarnya.
Mereka
yang sibuk menyalahkan UAN karena kualitas pendidikan bangsa mereka tidak
meningkat secara signifikan. Ayolah, mana ada siswa yang belajar kalau tidak
ada UAN. Janganlah kalian menjadi sok humanis kalau kenyataannya apa yang
kalian hadapi belum bisa dikatakan sebagai human (manusia). Kalian lihat
bagaimana mereka mencontek saat ujian yang bahkan nilainya tidak dihitung oleh
guru mereka. Pendidikan kita hancur bukan karena sistem yang ada.
Tetapi
karena kita tidak bisa melaksanakan sistem yang ada. Bahkan sistem yang relatif
sederhana pun tidak bisa kita lakukan tetapi kita berharap terhadap sistem yang
rumit? Ah, omong kosong.
Mereka
yang sibuk mencibir lalu lintas yang semrawut disaat mereka sendiri sering
menerobos lampu merah. Mereka yang sibuk mencibir sistem yang ada tanpa pernah
mereka mencoba untuk melaksanakannya. Mereka hanya berharap bahwa segala
sesuatunya langsung jadi, tanpa harus mereka bersusah payah. Cukuplah pemerintah
yang mengubahnya dalam waktu satu dua hari.
Mereka
juga yang sering menghina kinerja pegawai negeri sipil di instansi pemerintah
karena kurang sigap dalam bekerja. Sementara mereka sendiri, mengerjakan tugas
yang diberikan dosen atau guru menjelang hari pengumpulan dengan seadanya.
Memang sama saja.
Ah,
negeri ini memang negeri kata-kata. Berharap segala sesuatunya bisa
diselesaikan dengan kata-kata. Di saat kita sibuk mennyalahkan sistem, namun
sebenarnya diri kitalah yang salah karena gagal menjalankannnya. Bukan sistem
yang gagal meraih tujuan, tetapi kita yang gagal menjalankan sistem. Sebaik
apapun strategi jika tidak kita lakukan tetap saja tidak berarti apa-apa. Tetapi
menyalahkan sistem jauh lebih enak dihati daripada menyalahkan diri sendiri
bukan?
Memang
omong kosong. Kita ini omong kosong. Sudahlah lakukan saja dulu dan lihat
hasilnya. Jika menanak nasi saja kita tidak bisa dan tidak mencoba untuk
melakukannya, bagaimana kita bisa berharap makan nasi goreng?
Dosen
saya pernah berkata, bahwa yang dibutuhkan dalam pembangunan Indonesia
sebenarnya hanyalah stabilitas. Lihat saja betapa di negara kita ini suatu
sistem dapat diganti dengan mudahnya tanpa pertimbangan yang benar-benar
matang. Selain itu pesatnya pembangunan masa orde baru dan pemerintahan SBY
kini tidak lepas dari adanya stabilitas itu sendiri.
Misalnya
saja dalam dunia pendidikan sudah berapa kali kita mengalami ganti sistem dalam
beberapa tahun terakhir ini. Namun pada prakteknya pergantian kurikulum
hanyalah sampai pada pergantian nama dan belum sempat menyentuh esensi dasarnya
akan tetapi kita telah terburu-buru menggatakan bahwa system tersebut gagal dan
langsung diganti.
Lihat
saja sejarah KBK yang begitu mulia namun hanya bertahan selama beberapa saat
tanpa sempat mengubah esensi dasar yaitu praktek pendidikan di lapangan.
Dalam
ilmu manajemen kita memahami bahwa kegagalan suatu strategi dapat disebabkan
oleh dua hal yaitu yang pertama adalah strategi iitu sendiri dan yang kedua
adalah pelaksanaannya di lapangan.
Apa yang
terjadi di negeri ini sebenarnya adalah kegagalan dalam menerapkan sistem yang
telah kita susun. Namun apa yang kita lakukan selama ini selalu saja
memperdebatkan hal-hal yang sifatnnya perencanaan tanpa pernah kita menerapkannya.
Yang terjadi hanyalah ini semua menjadi sebuah omong kosong belaka tanpa
penerapan.
Mungkin
ada kalanya kita sesekali mencoba menerapkan sesuatu tanpa banyak omong
semaksimal mungkin. Jika kita telah berhasil melakukannya, barulah kita
evaluasi kesalahan yang ada. Jangan hanya ribut pada isu namun kosong dalam
praktek.
)* Dikutip
dalam buku Catatan Bangsa Yang Aneh karya Khusni Muttaqim
Bangsa Omong Kosong
Reviewed by Anonim
on
September 04, 2014
Rating: