Kalau
melihat politikus yang bernaung dibawah Partai yang ngakunya ber ideologi Islam
itu miris sekali, mereka hanya Politikus Agama bukan Politikus Agamais.
Miris seh se akan akan Agama itu hanyalah barang yang harus dijual kepada
masyarakat ketika menjelang pemilu saja, kelakuan politikus Agama memang tidak
dilarang dalam konsitusi kita di Indonesia, tapi sayangnya mereka hanya menjual
Agama untuk memuaskan hasrat mereka dalam menduduki tahta di pemerintahan,
setelah itu habislah jualan itu untuk masyarakat.
Politikus
Agama melihat politik sebagai pertarungan yang harus dimenangkan dengan
berbagai macam cara, meski melalui fitnah termasuk menyediakan banyak website
abal abalan yang menghujat lawan secara terang terangan tanpa pertimbangan
etika dan undang undang pers dan diragukan kebenarannya karena
tidak didasari sumber yang kredibel. Kemudian media tersebut dijadikan
referensi bagi politikus dan masyarakat untuk meng iakan pemberitaan itu.
Setelah mereka menang mereka melupakan tentang jihad yang sering di orasikan
dalam panggung kampanye mereka, karena bagi mereka jihad itu hanyalah
pertarungan mengalahkan lawan bukan sebagai perjuangan.
Politikus Agamais melihat politik itu sebagai garis
perjuangan, yang harus diperjuangkan melalui etika dan cara cara santun tanpa
harus menyebarkan berita fitnah, meski kerap kali bagi politikus Agamais ini
tidak mampu menerobos benteng pertarungan untuk menang. mereka tetap berjuang
melalui perjuangan yang diyakini mampu menyejukkan orang banyak dan tetap dalam
kedamaian.
Ya mau bagaimana, saya sebagai masyarakat yang bagian dari
masyarakat Islam kadang kadang muak juga ketika dalam panggung panggung orasi
politik selalu bertebaran ayat ayat suci Al Quran yang seolah olah pihak lawan
itu pihak yang salah dan hanya pihak yang didukungnya yang benar dan dibenarkan
dengan kutipan ayat suci Al Quran yang politikus itu baca dengan fasih.
Belum lagi perperangan dalam sosial media dan banyak bertebaran
website abal abal yang mengkafirkan lawan, nauzubillah min zalik, jangan sampai
kita juga bagian dari pihak yang mengkafirkan orang lain yang belum tentu lebih
baik dari kita, padahal hukuman bagi kita yang mengkafirkan orang lain sungguh
luar biasa.
Orang
yang mudah mengkafirkan kaum muslimin adalah orang yang sedikit wara’ dan
agamanya, dangkal ilmu dan bashirahnya, karena mengkafirkan mempunyai
konskwensi yang agung dan mengharuskan hukuman dan ancaman yang berat terhadap
orang yang dikafirkan diantaranya adalah wajibnya mendapatkan laknat dan
kemurkaan, dibatalkan seluruh amalnya, tidak diampuni dosanya, mendapatkan
kehinaan dan kebinasaan, kekal dalam api Neraka selama-lamanya, disamping ia harus
mencerai istri atau suaminya, berhak dibunuh, tidak mendapat warisan, haram
dishalatkan jenazahnya, tidak boleh dikuburkan di pemakaman kaum muslimin dan
hukum-hukum lainnya sebagaimana tertera dalam kitab-kitab fiqih (Oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. - Pengasuh RadioRodja.com)
“Dan
melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin
dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya.” (HR Bukhari).
“Siapa
saja yang berkata kepada saudaranya,” Hai Kafir”. Maka akan terkena salah
satunya jika yang vonisnya itu benar, dan jika tidak maka akan kembali kepada
(orang yang mengucapkan)nya.” (HR Bukari dan Muslim).
“Tidaklah
seseorang memvonis orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali
kepadanya jika yang divonis tidak demikian.” (HR Bukhari).
Melihat
dinamika demokrasi yang ada di Indonesia memang membuat saya setidaknya geleng
geleng kepala, apalagi adanya pengkafiran orang yang dilakukan oleh politikus
Agama ini dalam pertarungan di pemilu, hampir setiap pemilu baik itu Pileg
maupun Pilpres kita melihat bagaimana para politikus Agama ini memainkan peran
isu Agama dalam menjatuhkan pihak lawan, karena mereka sadar bahwa Agama adalah
salah satu kekuatan yang bisa dijual oleh mereka politikus, sebab mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam dan sensitif serta fanatik terhadap isu
Agama. Apalagi masyarakat Indonesia yang mudah percaya terhadap isu isu negatif
menjadi nilai plus buat politikus Agama ini.
Politik : Dia Kafir
Reviewed by Anonim
on
Juni 24, 2014
Rating: