Benarkan Jokowi sebagai pemimpin gagal disolo,
jika benar betapa bodohnya masyarakat solo mau memilih Jokowi pada periode
kedua dengan perolehan suara sebanyak 90,09%. Jika benar juga betapa bodohnya World Mayor yang
menempatkan Jokowi sebagai Walikota Terbaik ke 3 didunia ditahun 2012.
“Posisi ketiga World Mayor Project diraih Joko
Widodo, Walikota Surakarta, Indonesia, yang pada Juli 2005 menjadi walikota
pertama yang dipilih secara langsung. Pada 2012 ia terpilih menjadi Gubernur
DKI Jakarta, ibukota Indonesia,”demikian pengumuman yang
dimuat di situsworldmayor.com, pada 8 Januari 2012.
“Joko Widodo mengubah kota yang sarat
kriminalitas menjadi pusat seni dan budaya, yang mulai menarik perhatian turis
dunia. Kampanyenya melawan korupsi membuatnya memiliki reputasi sebagai
politisi paling jujur di Indonesia. Joko Widodo juga menolak menerima gaji
selama menjabat sebagai Walikota Solo.”
Ya tentunya kita menaruh gembira dan bangga ya.
Sebagai seorang putra bangsa terbaik yang kita miliki, terlebih beliau adalah
seorang kepala daerah dengan berbagai gagasan dan pemikiran yang mampu
memberikan terobosan. Bahkan merubah bentuk-bentuk penyelenggaraan pemerintahan
daerah menjadi lebih mengedepankan fungsi-fungsi pelayanan dan tentunya
keberpihakan kepada rakyat ya. Itu adalah sesuatu yang kita apresiasi dan kita
bangga dengan itu,” kata Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Reydonnyzar
Moenek.
Di Jakarta baru 1,5 tahun kepemimpinan Jokowi,
selama 1,5 tahun itu banyak yang memberi apresiasi kepada Jokowi dan banyak
juga yang memberikan kritikan kepada Jokowi. Apalagi menjelang pilpres banyak
sekali yang mengatakan bahwa Jokowi gagal memberikan perubahan pada Jakarta
selama 1,5 tahun. Tapi benarkan Jokowi gagal memberikan perubahan kepada
Jakarta selama 1,5 tahun. Bagaimana dengan kinerjanya memberikan kartu Jakarta
pintar, Jakarta sehat, menata
pedagang kaki lima (PKL), Relokasi
PKL tanah abang ke blok G yang selama ini dikuasai swasta dan dijual dengan
harga yang tinggi sekarang dikelola oleh Pemprov, Pengerukan Kali Penertiban
bangunan liar, Dibukanya akses pelaporan warga, Normalisasi
Kali Ciliwung, Relokasi warga waduk pluit yang sekian puluh tahun tidak mampu
dilakukan oleh gubernur-gubernur sebelumnya, penghapusan rumah dinas untuk
lurah & camat yang akan dialih fungsikan untuk kantong-kantong PKL, Berani
menentang World Bank yang dengan pinjamannya, ingin terlalu mengintervensi
program Jakarta Baru, Menaikkan Upah Buruh Propinsi DKI hingga 30%,
Memberlakukan system pajak online, Mereformasi SATPOL PP dengan menanggalkan
pentungan dan menginstruksikan untuk tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan
tanpa kehilangan ketegasan, dan masih banyak lainnya.
Mari mengkaji dengan hati, bukan dengan kaki.
Maafkan tulisan saya yang mungkin terlihat
emosi, meski sudah berusaha untuk tetap menulis dengan hati. Tapi sungguh naif
jika kita katakan Bahwa Jokowi gagal di Solo dan DKI Jakarta, sesungguhnya
semut pun tahu bahwa Solo dan Jakarta lebih baik sebelumnya, banyak hal yang
berubah meski banyak hal pula yang belum berubah, waktu 1,5 tahun memang
tidaklah mudah merubah Jakarta, tapi apakah kemudian prestasinya kita sebut
gagal karena pada kepentingan politik kita yang tidak memihak padanya. Saya
tidak melihat pesta demokrasi sebelumnya begitu antusias masyarakat memberikan
sumbangannya kepada capres untuk kebutuhan biaya kampanye, tapi kali ini saya
melihat ada perubahan yang dilakukan oleh Jokowi ketika mencapreskan diri,
Jokowi lebih memilih bersama rakyat kecil ketimbang berada disisi elit politik
yang sibuk dengan jatah kursi menteri.
Jokowi ya dia akan tetap menjadi Jokowi, sosok
sederhana yang terlihat cengar cengir tapi dia cukup membuat masyarakat senang
ketika berada didekatnya
Jokowi ya dia akan tetap menjadi Jokowi yang
tetap akan menghormati orang orang yang berjasa kepadanya, meski dikatakan
boneka, tapi hatinya tetap memiliki rasa hormat pada orang orang yang
membesarkannya, dia tidak akan pernah malu untuk mencium tangan orang orang
yang dia anggap berjasa untuk dirinya.
Jokowi ya dia akan tetap menjadi Jokowi yang
suka blusukan kemana mana, meninjau pasar, tempat tempat kumuh dengan kemudian
dia berusaha untuk menatanya, meski dia dikatakan pencitraan oleh banyak orang.
Tapi blusukan ini tetap dia laksanakan bertahun tahun lamanya.
Jokowi ya dia akan tetap menjadi Jokowi yang
kerempeng karena kerja kerasnya, mengabdi, bahkan tak mengenal lelah, siang
malam dia bersama rakyat yang mencintainya.
Jokowi ya dia akan tetap menjadi Jokowi apa
adanya, dia tidak pernah berusaha untuk mengharapkan semua orang mencintainya,
tapi dia cukup berusaha untuk memberikan pengabdian terbaiknya kepada
masyarakat yang membutuhkan kepemimpinannya.
Karena dia adalah Jokowi, yang dididik oleh
orang tua untuk hidup sederhana dan memberikan hal terbaik untuk orang orang
yang membutuhkan bantuannya.
Benarkah Jokowi Sebagai Pemimpin Gagal
Reviewed by Anonim
on
Juni 09, 2014
Rating: