Ada perbedaan mencolok dalam Pilkada
2017 untuk Walikota Banda Aceh kali ini, hal ini sangat berbeda dengan
kabupaten/kota lainnya di Aceh. Perbedaan tersebut adalah perang jenis kelamin
yang menjadi tagline dalam kampanye di Banda Aceh, ada calon yang membangun
stigma bahwa "Walikota harus Laki Laki" ada pula satunya lagi
meyakinkan warga kota Banda Aceh bahwa "Walikota boleh Perempuan",
tentu kedua calon tersebut punya argumentasi dan referensi masing masing dalam
membenarkan pernyataannya.
Perang isu tersebut sangat menarik
perhatian khalayak publik dibandingkan isu isu lainnya seperti pogram dan
gagasan yang dilaksanakan oleh para calon jika nantinya terpilih, para calon
Walikota tak lupa menyelipkan soal kelamin disetiap ajang kampanye yang
tentunya untuk meyakinkan pemilih.
Soal perang jenis selangkangan ini
memang memberi pengaruh besar di Banda Aceh, faktor tersebut karena besarnya
pengaruh nilai nilai syariat Islam dalam setiap tindakan dan keputusan
masyarakat Kota Banda Aceh. Sampai sekarang, terjadi banyak perbedaan pendapat
terhadap kepemimpinan perempuan, terutama dalam pemerintahan, maka hal tersebut
lah yang dimanfaatkan oleh kedua calon Walikota tersebut dalam berkampanye.
Namun disini saya tak ingin terjebak
dalam tulisan soal jenis kelamin para calon Walikota, karena isu tersebut telah
menguras pikiran kita yang kemudian melupakan soal kelayakan dan kemampuan para
calon Walikota dalam mengimplementasikan visi misi nya dan juga soal gagasan
dan rencana rencana yang akan dilaksanakannya ketika terpilih.
Isu soal jenis selangkangan
sebenarnya tak akan habis jika dikupas dalam isu politik, apalagi ketika
momen-momen pilkada seperti ini, karena tentunya setiap orang punya pandangan
berbeda beda dan kita juga seharusnya tak bisa memaksa orang lain untuk sama
dengan kita, jika demikian maka kita juga melawan kehendak pencipta yang
menciptakan kita atas dasar perbedaan bukan persamaan.
Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi
Aceh yang dihuni oleh warga warga pendatang dari berbagai kabupaten/kota
lainnya di Aceh dan memiliki keanekaragaman kebiasaan dan juga perbedaan budaya,
seharusnya menjadi contoh pendidikan politik terhadap bagaimana seharusnya
masyarakat Aceh melaksanakan pilkada yaitu dengan adu gagasan melalui cara cara
berintilektual, adu pogram, problem solving para calon terhadap kota dan bagaimana
menjadi the character of leadership untuk meyakinkan pemilih.
Jika kita sebagai masyarakat masih
sibuk dalam isu paling mendasar dan kemudian melupakan visi misi para calon
walikota serta melupakan pula kemampuan leadership nya, maka tak ada
bentuk pendidikan politik yang kita dapatkan dalam pilkada di Banda Aceh, kita
sebagai masyarakat tak lebih dari pada domba-domba yang diarahkan sesuai
tujuan, tak ada pula pemikiran pembanding dari kita soal kualitas para calon.
Begitu pula para calon walikota,
jika dirinya masih disibukkan terhadap jenis selangkangan, maka disitu
menunjukkan bahwa ia merupakan calon walikota yang tak memiliki kualitas dan
tak juga memiliki kemampuan leadership didalam dirinya, dengan begitu ia sibuk
membahas soal selangkangan untuk meyakinkan pemilih, sehingga pemilih melupakan
soal kualitas dan pogram pogram nya.
Sebagai warga berintelektual,
menghargai setiap perbedaan adalah keharusan yang juga dibenarkan oleh sang
pencipta, tidak ada persamaan yang menciptakan kedamaian, akan tetapi sikap
saling menghargai pula lah yang menciptakan perdamaian, seharusnya semakin
berpendidikan manusia, semakin ia paham hal ini. Jadi atas dasar itu pula,
seharusnya timses dan calon walikota Banda Aceh tak lagi menjadikan jenis
selangkangan sebagai lokomotif politik, biarkan setiap warga memilih sesuai
dengan keyakinannya.
Tugas para calon walikota adalah
memberikan pendidikan politik yang cerdas kepada masyarakat agar adanya
perubahan untuk kota Banda Aceh, yaitu dengan adu pogram dan gagasan, bukan
malah mengajak masyarakat untuk tak bisa menghargai perbedaan pendapat soal
jenis kelamin mana yang layak dan tak melanggar nilai nilai islam untuk jadi
walikota.
Jika setelah membaca tulisan ini
kemudian anda tak sependapat dengan saya, maka saya cukup bersyukur bahwa benar
Allah menciptakan manusia atas perbedaan dan saya cukup menghargai perbedaan
anda.
sumber foto : harapanpalsu.com
Soal Selangkangan di Pilkada Banda Aceh
Reviewed by Yudi Official
on
Februari 02, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: