Jepang adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur,
yang berpenduduk lebih kurang 170 juta. Terdiri dari pulau, suku suku, dan
bermacam bahasa daerah, Luasnya kira kira 1/5 dari Indonesia, Sistem
pemerintahannya Perlementer. Raja adalah Simbul dari Negara Japan. ”Emperor.” Makanan
utama nya adalah beras.
Semenjak negerinya kalah perang, negerinya hancur dan
miskin, mereka mencoba membangun kembali negerinya dari puing-puing
perang, dengan semangat yang tinggi, disiplin yang tinggi, mereka bekerja keras
dalam segala bidang.
Hanya dalam waktu 58 tahun, mereka
kembali menjadi suatu negara yang dihormati di dunia. Ekonomi nya salah satu
terkuat di dunia. Barang-barang industrinya di export ke suluruh dunia,
termasuk Indonesia. Ribuan macam produk yang kita gunakan mayoritas kwalitasnya
sangat baik.
Ada beberapa “filsafat,
atau motto “ orang Jepang yang menyentuh hati kita, terutama
hati orang Asia yang agamais. Diantaranya adalah; (1) Bagi orang Jepang, bekerja
itu adalah juga berarti Ibadah; (2) Bekerja dan berkarya adalah pengabdian
untuk kebaikan manusia dan hidup yang diberikan oleh Tuhan adalah untuk
beramal baik semata mata; (3) Motto perusahaan Jepang adalah ”tujuan
perusahaan adalah mensejahterakan karyawannya semaksimal mungkin dan masarakat
lainnya“; (4) Bagi orang Jepang, Alam adalah sumber imaginasi dan
pelajaran untuk Hidup yang harmonis; (5) Hidup orang Jepang seperti kehidupan
masyarakat-Semut.
Sedangkan soal kepribadian
dan karakter moral rakyat Jepang dibentuk sedari mereka kecil. Prinsip moral
yang mereka anut berasal dari kebudayaan samurai Jepang yang terdiri dari empat
elemen moral, yaitu On, Gimu, Giri dan Ninjo.
Menurut Hashimoto Ayumi Japan
Foundation Indonesia, keempat unsur ini tidak diajarkan di bangku sekolah.
Namun, secara otomatis didapat dari orang tua maupun masyarakat sekitar,
On,
berarti rasa hutang budi. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa berutang
setiap kali orang lain berbuat baik padanya. "Jika seseorang berbuat baik
kepada kita, maka kita merasa harus membalas kebaikannya tersebut.
Gimu,
berarti kewajiban. Jika seseorang berhutang budi, maka kita akan berkewajiban
untuk membayarnya.
Giri, adalah kebaikan.
Dengan prinsip ini, seseorang akan membantu temannya atau keluarganya
semampunya. "Jika kita mempunya teman dekat dan dia butuh pertolongan,
maka kita akan membantunya dengan cara apapun.
Ninjo,
adalah rasa kasih sayang. Prinsip ini mengajarkan rasa empati terhadap sesama.
Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa semua manusia adalah satu dan sama,
di bawah perbedaan yang telah diatur oleh karma.
Kemudian terkait soal budaya
kejujuran masyarakat jepang, tidak dapat diragukan lagi kebenarannya, bahkan
sudah banyak pula literature dan eksprimen yang dilakukan untuk membuktikan
kebenaran terhadap budaya kejujuran masyarakat jepang, bahkan mereka rela
berkorban hanya untuk mengembalikan barang-barang orang lain yang ditemukan
oleh mereka, seperti berkorban waktu, mengantarkannya, menelpon, dan lain sebagainya,
dan terdapat pula pasar-pasar yang tidak dijaga oleh pemiliknya dijepang, jika
di Indonesia istilahnya disebut dengan “keudai/kantin kejujuran”. Dan budaya
seperti ini sangat sulit ditemukan dan diterapkan di Negara Negara lain
termasuk Indonesia.
Jepang adalah sebuah contoh
Negara yang patut diteladani kehidupan berbudayanya oleh Indonesia, meski
mereka bukan masyarakat agamais, tapi kebudayaannya dan kepribadiannya jauh
lebih unggul dari pada masyarakat Indonesia yang ber agamais. Kejujuran yang
mereka tunjukkan kepada dunia adalah seharusnya memberikan kita sebagai bangsa
Indonesia menaruh malu terhadap hal itu, dimana Indonesia sebagai Negara
mayoritas Islam, yang didalam ajaran Agamanya ditekankan nilai nilai
kedisiplinan, kejujuran, penghormatan, kebersihan, keharmonisan, dsb. Tapi pada
aplikasinya malah ditunjukkan oleh masyarakat Jepang yang tidak memiliki unsur Agamais.
Jepang, Kepribadian dan Kebudayaannya
Reviewed by Yudi Official
on
Februari 26, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: