Salah
satu syair yang dibacakan oleh Ketua Fraksi Partai Aceh Kausar, pada sidang
paripurna DPR Aceh pada sore tanggal 31 Januari 2015 adalah bentuk dari
realita, dimana antara Gubernur dan DPR Aceh saat ini berjalan tidak harmonis.
"Lipe
urum katak mengikot janyi, katak berlaillah wan tunah kemili, anakni kedeh bala
bili, tanok nakang cungkah cangkih, sana si boboh udang bongkok kin tengku
kali, anak ni tikus musesepi”
Jika
diterjemahkan syair ini berarti ular dan katak mengikat janji, katak berlaillah
di paya Kemili, anak monyet sudah dibikin pusing, tanduk rusa yang bercabang,
mengapa menempatkan udang bungkuk menjadi pemimpin anak tikus yang banyak.
Tidak harmonisnya DPR Aceh dengan
Gubernur diantara lain adalah menyangkut masalah pembahasan APBA tahun 2015 dan
minimnya dukungan Fraksi Partai Aceh terhadap Gubernur. Tidak adanya dukungan itu terbaca pada saat Gubernur
mengajukan KUA-PPAS ke DPR Aceh namun para DPR Aceh banyak penganggaran yang
tidak disetujui, tapi Gubernur tetap ngotot untuk memasukkan anggaran tersebut
dan mengotak atik pada RKA (Rencana Kerja dan Anggaran).
Permasalahan
itu merupakan puncak dari kejadian ketidakpuasan Partai Aceh terhadap Gubernur
selama ia menjabat, kemudian Gubernur dengan Wakil Gubernur sudah lama berjalan
masing masing, hambatan pembangunan pun berdampak pada masyarakat aceh.
Sekelompok
masyarakat bahkan pernah melakukan aksi beberapa kali menuntut mundurnya
Gubernur, bahkan disinyalir aksi tersebut di arahkan oleh orang orang Partai
Aceh sendiri untuk menuntut Gubernur.
Awal
dari permasalahan diduga bahwa Gubernur terlalu mementingkan lingkungan
keluarga dibandingkan kepentingan Partai Aceh, permasalahan ini bahkan merambas
pada berkurangnya kewenangan Wakil Gubernur dalam pemerintahan, bahkan para
Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) yang menjabat saat ini dihubung-hubungkan
memiliki hubungan kerabat dengan Gubernur, meski Gubernur sendiri membantah
akan hal itu.
Tapi
Gubernur tidak dapat menghindari kenyataan itu, bahwa memang banyak keluarganya
saat ini memiliki posisi penting dalam struktur pemerintahannya, salah satunya
di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Aceh. Salah satu
yang menjadi perhatian media dan masyarakat pada saat pembahasan Kebijakan
Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA PPAS), Gubernur
mengajukan anggaran untuk PT. Investasi Aceh sebanyak 125Milyar, (PT.
Investasi Aceh merupakan pengembangan dari PDPA atau Perusahaan Daerah
Pembangunan Aceh). Namun para anggota DPR Aceh menolak memberikan anggaran
sebanyak 125Milyar kepada PT. Investasi Aceh tersebut, penolakan tersebut
anggota DPR Aceh beralasan bahwa manajemen perusahaan itu saat ini tidak baik
dan mereka meminta para direksinya untuk diganti terlebih dahulu dengan melalui
tahapan fit and proper test agar pengelolaan perusahaan menjadi professional.
PT. Investasi Aceh merupakan perusahaan yang saat ini pada posisi strategis
diisi oleh kerabat Gubernur.
Kemelut
yang terjadi antara Gubernur dan Wakil Gubernur pun kini kian terhendus
kepublik, bahkan telah menjadi konsumsi publik, apalagi disambung oleh berbagai
pernyataan Anggota DPR Aceh dari Fraksi Partai Aceh di berbagai media yang
dominan menghajar Gubernur akan berbagai kebijakannya, tapi sebaliknya terjadi
pada Wakil Gubernur yang kian aman dan nyaman pada posisinya, bahkan jarang dan
hampir tidak sama sekali dikritisi oleh DPR Aceh.
Meski
banyak masyarakat yang menyayangkan kondisi ini terjadi, tapi kemelut antara
Gubernur dan Wakil Gubernur belum juga berakhir sampai saat ini, bahkan saat
ini terlihat semakin vulgar, perang dingin antara Gubernur dan Wakil Gubernur
yang didukung oleh Anggota DPR Aceh Fraksi Partai Aceh akan semakin seru.
Kemudian dari perang itu siapa yang dirugikan ?
Melihat
kondisi para elite GAM saat ini yang sedang berada pada tampuk kekuasaan, jujur
saya sangat, sangat dan sangat membenarkan pernyataan Mantan juru runding
GAM pada masa COHA, Tgk Nasruddin bin Ahmad yang kerap disapa Tgk Nas pada
forum Fokus Grup Diskusi bertema Inclusive Peacebuilding and
Political Transformation: Experiences and Lessons Learned from Aceh and Asia yang
diselenggarakan Berghof Foundation di Hotel Hermes Palace, Jumat 30 Januari
2015 lalu “Perubahan yang paling dirasakan pascadamai adalah semakin
terangnya mantan elite GAM di pemerintahan terjebak dalam politik kekuasaan.
Apa yang terjadi sekarang kita terjebak dalam praktik kekuasaan. Kita seolah
telah ‘MEMBUNUH IBU’ kita sendiri”
Syair DPR Aceh Untuk Gubernur ?
Reviewed by Yudi Official
on
Februari 01, 2015
Rating: