ISIS, Islamic State of Iraq and Syria sejak didekralasikannya
sampai saat ini telah menggemparkan dunia karena ulahnya yang tergolong pada
ekstrem, pemberitaan yang gencar oleh media telah membuat masyarakat penasaran terhadap
kehadiran kelompok ekstrem ini, meski kelakuan para anggota ISIS ini tidak
mencerminkan nilai nilai Islam, tapi mereka di anggap sebagai representative
islam, karena baik nama organisasinya yang mengatasnamakan islam maupun ucapan
mereka didalam video maupun wawancara selalu menyebut nyebut nama Allah.
Masyarakat barat telah menganggap bahwa ISIS adalah bagian dari organisasi
islam yang berperilaku ekstrem, akibat dari kehadiran ISIS, telah menambah
catatan kelompok ekstrem yang berlindung dibawah kebesaran nama Islam.
Perilaku ISIS, bukan saja telah meresahkan masyarakat barat,
tapi juga masyarakat islam, yang tidak mau, agama islam direpresentative kan
seperti kelompok ISIS, apalagi banyak pembunuhan sadis yang dilakukan dengan
berdalih menegakkan khilafah islam, sedangkan islam tidak mengajarkan kekerasan
dan pembunuhan. Tapi dunia masyarakat barat kadung menilai islam sebagai agama
teroris. Apalagi media media barat yang selalu menghubung hubungkan islam
dengan setiap peristiwa kekerasan yang terjadi.
Terkait fenomena munculnya
gerakan ISIS ini, sebuah pernyataan mengejutkan dilontarkan mantan Menlu
AS Hillary Clinton. Dalam buku terbarunya, “Hard Choice”, Hillary
mengakui bahwa gerakan tersebut dibentuk oleh AS bersama sekutunya untuk
membuat Timur Tengah senantiasa bergolak. Demikian dilansir harian Mesir, Elmihwar,
sejak Rabu (6/8/2014) lalu.
Dikatakan, ISIS dibentuk dan diumumkan
pada 5 Juni 2013 oleh pemerintah AS bersama negara-negara barat sekutunya demi
memecah belah Timur Tengah melalui gerakan “Arab Springs“. “Kami
telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan
bersepakat mengakui sebuah Negara Islam saat pengumuman tersebut,”
Kemudian mantan karyawan Kontrak US National Security Agency (NSA), Edward Snowden, juga
melontarkan pernyataan yang hampir sama. Edward Snowden, seperti dilansir Global Research,
menyebut ISIS sebagai produk kerjasama antara Inggris, Amerika Serikat dan
Israel dengan tujuan menciptakan sebuah organisasi teroris untuk menarik semua
ekstrimis dunia dalam satu tempat yang dinamakan “Operation The Hornet
Nest” atau
“Operasi Sarang Lebah” Dalam berita itu disebut pula bahwa Snowden
mengungkapkan strategi yang dikenal sebagai operasi “sarang lebah” tersebut.
Dokumen NSA menunjukkan operasi “sarang lebah” bertujuan melindungi entitas
Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.
Di Indonesia sendiri ISIS
terkenal setelah dihebohkan dengan unggahan video anggota ISIS asal Indonesia
bernama Salim Mubarok
Attamimi alias Abu Jandal Al-Yemen yang menantang
panglima TNI Jenderal Moeldoko, bahkan cuplikan kecaman itu bernada “Kami akan
habisi satu per satu kalian. Babi-babi seperti kalian tidak akan menang melawan
kami”
Sejak video itu di unggah, ISIS heboh di Indonesia, bahkan masyarakat
Indonesia mulai dari para ulama dan tokoh masyarakat banyak yang menentang
kehadiran ISIS di Indonesia, apalagi saat ini, ISIS banyak mempertontonkan
video kekerasan dan pembunuhan sadis yang sering di unggah ke youtube membuat
masyarakat Indonesia bereaksi keras menentang kehadiran ISIS di Indonesia,
bahkan pemerintah mengancam bakal mencopot sebagai warga Negara jika ketahuan
masyarakat Indonesia bergabung dengan ISIS.
Sejak ISIS sering menggunggah video pemenggalan kepala para
tahanan, terdapat banyak kejanggalan yang ditemukan oleh masyarakat, baik ada
yang bereaksi di media social maupun para pengamat yang mencoba menelisik lebih
jauh terhadap kejanggalan kejanggalan yang mereka ketahui terhadap video
tersebut, salah satu kejanggalan muncul adalah rilis video berdurasi lima menit yang berisi eksekusi mati
terhadap 21 penganut Kristen Koptik di Libia. Sejumlah ahli meyakini eksekusi
itu tidak dilakukan di pantai dan ada efek visual dalam pembuatan video itu. Dalam rekaman itu terlihat 21 mengenakan seragam oranye
berjalan menyusuri pantai yang sepi. Setiap satu di antara mereka dipegang oleh
seorang militan berpakaian hitam. Para tahanan itu kemudian dipaksa berlutut
dan merebahkan tubuh. Selanjutnya, satu per satu dieksekusi dengan cara dipotong
kepalanya. Di bagian akhir, ada lautan penuh darah untuk menunjukkan proses
pemenggalan itu telah tuntas.
Dalam rentetan gambar itulah para ahli mulai mencium ada
yang janggal. Di antaranya adalah ada beberapa jagal ISIS yang tingginya
mencapai 7 kaki atau sekitar 2,1 meter. Sempat diyakini para jagal dengan
tinggi lebih dari 2 meter itu merupakan pasukan elit. Veryan Khan dari
Terrorism Research and Analyst Consortium bahkan menyebut video itu dibuat
berdasarkan teknik “layar hijau” atau cara yang biasa dilakukan dalam pembuatan
film-film Hollywood untuk menggabungkan objek rekaman dengan latar belakang
gambar yang berbeda.
“Ada
banyak kesalahan teknik pada video itu sehingga menunjukkan itu hasil
manipulasi,” kata Khan seperti dikutip Fox News.
Ia
meyakini tak ada seorang pun dalam video itu menjadi korban. Bahkan 21 orang
yang dipancung dalam video itu hanya nelayan miskin dari Mesir yang pergi ke
Libia dan diyakini masih hidup. Beberapa hari setelah video itu diunggah pada
15 February lalu, pesawat tempur Mesir menyisir sebuah kota pelabuhan kecil di
sebelah timur Tripoli yang diyakini sebagai lokasi penjagalan itu. Namun tidak
ada tanda-tanda bekasnya.
Menurut
Khan, jelas video itu dibuat dalam ruang tertutup. Kemudian background sengaja
dipilih sebuah pantai di Teluk Sirte yang masih menjadi bagian dari Laut
Mediteran di Libia. Kejanggalan yang paling terlihat, kata Khan, adalah sosok
“Jihad Yusuf” dalam video itu yang terlihat lebih besar ketimbang laut di kedua
sisinya saat kamera dalam posisi close up ataupun wide shot. Ada proporsi yang
aneh dalam video itu saat kamera video dalam posisi close up. Sedangkan
tumpahan darah yang menjadi sesi akhir penjagalan itu juga tak kalah janggal.
Sebab, efek merah darah di lautan itu sangat mudah dimanupilasu bahkan dengan
aplikasi di telepon seluler. “Itu hal yang terudah dan termudah dalam proses
pasca-produksi,” sambung Khan.
Video lainnya pun tak kalah
janggal dalam proses pemenggalan tersebut, bahkan para pengguna media social
banyak yang mengkritisi atas kejanggalan tersebut. Belajar dari sejarah bahwa
agama islam selalu dimunculkan kelompok ekstrimis seperti Al Qaeda dan lain
lain, yang kemudian saat ini muncul ISIS.
Jika ISIS ini adalah memang
realita sebuah kelompok yang memperjuangkan dan menegakkan khilafah islam, maka
mengapa mereka berperilaku menyimpang dari dasar dasar islam itu sendiri atau
jangan jangan ini memanglah sebuah rekayasa, konspirasi yang diciptakan untuk
memberi kesan negative kepada dunia dengan dibantu oleh media media anti islam,
bahwa islam adalah sebuah agama ekstrim yang harus ditentang penyebarannya,
atau ini adalah rekayasa terhadap permasalahan politik dan ekonomi untuk
menciptakan alasan memerangi timur tengah, sehingga mendapatkan keuntungan yang
besar dari perperangan itu.
Saya belum bisa memutuskan,
mana yang saya percaya, rekayasa atau realita.
Isis Itu Rekayasa Atau Realita
Reviewed by Yudi Official
on
Februari 24, 2015
Rating: