Saya harus jadi Kapolri, mungkin sepenggal kalimat inilah
yang kini berada didalam sarang otak seorang Budi Gunawan alias BG. BG memang
dipastikan akan menjadi Kapolri apabila Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
tidak menetapkannya sebagai tersangka, akibat dari penetapan BG sebagai
tersangka pada saat sedang penjaringan calon Kapolri menggantikan Sutarman,
langkah BG menjadi Kapolri terhalang dengan status hukum baru untuknya. Pasca penetapan
dirinya sebagai tersangka, BG tetap tampil percaya diri, ia tetap dipanggil
oleh DPR untuk melakukan feet and proper test, meski ia menyandang status
sebagai tersangka, para anggota Dewan Terhormat itu berdalih bahwa mereka
menggunakan azas praduga tak bersalah, meski public tahu bahwa dalam sejarah
penetapan tersangka oleh KPK belum pernah ada yang bebas untuk terjerat sebagai
terdakwa.
Usai BG dilakukan feet and proper test akhirnya para anggota
dewan terhormat meloloskannya dan mempersilahkan kepada Presiden Jokowi untuk
segera melantik BG sebagai Kapolri. Akhirnya public mulai bersuara terhadap
kondisi tersebut, ada yang menolak BG dilantik sebagai Kapolri namun ada juga
yang mendukung.
Akibat kegaduhan itu, mulailah memanas hubungan kedua
institusi besar yaitu KPK dan Polri, memanasnya hubungan KPK dan Polri bukanlah
yang pertama terjadi, tapi ini adalah kejadian ketiga kalinya, semuanya berawal
dari KPK menetapkan perwira Polri sebagai tersangka. Memanasnya hubungan kedua
institusi ini berujung pada penangkapan wakil ketua KPK Bambang Widjojanto oleh
Bareskrim Polri dan ditetapkannya sebagai tersangka. Lagi lagi public beraksi
dan ramai ramai ke gedung KPK untuk memberikan dukungannya, sedangkan ada juga
sebagiannya lagi mendukung polri.
Penetapan Bambang Widjojanto sebagai tersangka tidak
berhenti disitu saja, akhirnya ramai ramai menamakan dirinya masyarakat
melaporkan satu persatu pimpinan KPK, sehingga pimpinan KPK saat ini memiliki
status sebagai terlapor, bukan hanya pimpinan KPK saja, tapi juga juru bicara
KPK ikut dilaporkan, bahkan satu pimpinan KPK dilapor dengan bebeberapa kasus,
dari semua pimpinan, Abraham Samad lah yang paling banyak dilapor dan diserang.
Akhirnya muncul pertanyaan dipublik, benarkan mereka melapor
atas kemauannya, atau memang di back up oleh seseorang, sehingga muncullah
istilah “Kriminalisasi KPK”.
BG yang semakin menipis harapannya untuk menjadi Kapolri tidak
tinggal diam, ia bersama puluhan pengacaranya tidak kehabisan akal, BG dengan
pengacaranya akhirnya mendaftarkan pra peradilan untuk kasusnya, sedangkan KPK
disibukkan dengan pimpinannya yang berstatus terlapor.
Sang Presiden yang diharapkan sebagai kepala Negara mampu
mendinginkan kedua institusi ini tidak juga membuat keputusan, bahkan status
Kapolri pun tergantung, meski beredar kabar bahwa Presiden tidak akan melantik
BG sebagai Kapolri, tapi pada kenyataannya sampai saat ini tidak ada kepastian,
bahkan BG sendiri sudah berulang kali mengatakan bahwa ia tidak akan mundur
dari calon Kapolri.
Aksi BG saat ini bukan hanya sedang memperjuangkan bagaimana
ia harus dilantik sebagai Kapolri, tapi juga bagaimana mengelabui KPK agar
tidak bisa konsentrasi terhadap kasus kasus BG yang sedang ditangani oleh KPK. Jika
kita berpikir secara logika, maka tidak mungkin para pimpinan KPK saat ini yang
sudah berstatus terlapor karena dilaporkan oleh masyarakat, tidak adanya
korelasi dengan BG.
Mengapa BG begitu ngotot ia harus menjadi Kapolri, kemudian
mengapa pula PDIP mati matian membela BG untuk tetap dilantik sebagai Kapolri,
bahkan para kader PDIP ramai ramai menyerang para pimpinan KPK, seperti kader
PDIP yang melaporkan Bambang Widjojanto dengan kasus lamanya dan Hasto
Kristiyanto yang tidak kehabisan akal terus menerus menyerang Abraham Samad. Penyerangan
terhadap KPK bukan saja terjadi pada para pimpinan KPK, saat ini malah para
pegawai KPK juga ikut diteror “mengerikan”.
Imbasnya tidak disitu saja, pengkritik BG pun ikut dilapor,
seperti Denny
Indrayana mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Kemudian saya yang mengkritik nafsu BG untuk menjadi kapolri
ini apakah akan juga dilaporkan ?
Entahlah………
Bisa ia, bisa tidak……….
Yang pasti, keinginan BG untuk
menguasai Polri tidaklah lagi sehat, karena jika kita melihat kelakuannya saat
ini, ia memang sangat bernafsu untuk menjadi orang nomor satu di Polri, tentu ini
sangat membahayakan……
Saya Harus Dan Harus Jadi Kapolri
Reviewed by Yudi Official
on
Februari 11, 2015
Rating: