Yang
terhormat bapak Presiden Ir. H. Joko Widodo, belum setengah tahun bapak
menjabat, berbagai persoalan krusial muncul dan meresahkan masyarakat, belum
lama bapak membuat masyarakat resah karena kenaikan BBM disaat minyak dunia
turun, keresahan muncul akibat melambungnya harga bahan pokok, meski dikemudian
hari bapak kembali menurunkan harga BBM, tapi tidak serta merta harga bahan
pokok ikut turun, itu adalah konsep dagang, jangan harap barang yang sudah
naik, akan mudah untuk turun.
Setelah
sebelumnya beberapa keputusan bapak Presiden yang memunculkan kontroversial,
saat ini masyarakat dilanda keresahan, atas kondisi dua lembaga penegakan hukum
yang besar yaitu KPK dan Polri. Pertarungan dua lembaga penegakan hukum itu
bermula pada saat bapak Presiden mengajukan calon kapolri tunggal ke DPR, meski
sebelumnya nama calon kapolri yang bapak ajukan pernah di beri tanda merah oleh
KPK pada saat bapak mengajukannya ke KPK untuk calon kabinet menteri. Tapi
bapak Presiden terhomat se akan akan menutup mata tentang tanda merah itu dan
lagi lagi bapak kembali mengajukannya ke DPR tanpa melalui penelusuran KPK,
karena bapak pasti tau, jika kembali melalui proses KPK, KPK pasti akan kembali
menolak nama tersebut.
Akibat
dari pengabaian tanda merah itu, bapak mengajukan Budi Gunawan sebagai calon
kapolri tunggal, tidak lama dari itu, KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai
tersangka dengan sangkaan gratifikasi dan bapak presiden yang terhormat kini
kena getahnya. Bukan hanya itu, dua institusi besar penegakan hukum kembali
memanas untuk keempat kalinya, setelah sebelumnya pernah beberapa kali
terjadi.
Bapak
Presiden terhormat
Entah
penyakit apa yang merasuki bapak saat ini, bapak tiba tiba berubah drastis,
dari seorang yang serba cepat kini jadi serba lambat, dari seorang yang tegas,
kini jadi serba lemot, maaf bapak Presiden, saya tidak melihat bapak tegas
sebagai Presiden selama bapak menjabat. Sampai saat ini juga saya bingung
dengan Visi Revolusi Mental yang bapak gadang gadang ketika kampanye pilpres
tahun lalu, bahkan pada saat itu, akibat dari visi bapak, masyarakat kembali
memiliki harapan baru terhadap perubahan di negeri yang kita cintai, tapi
melihat itu sekarang entah mengapa, rasa pesimis itu bukan saja muncul karena
akibat kegalauan saya sebagai anak muda, tapi rasa pesimis itu benar benar
muncul akibat selama bapak menjadi presiden, banyak persoalan dan keputusan
yang sangat mengecewakan kami sebagai masyarakat kecil.
Bapak
Presiden yang terhormat, ketika saya memilih untuk menjadi bagian dari relawan
pemenangan bapak, satu diantara banyak hal yang bapak lakukan adalah karena
bapak sebagai calon presiden pada saat itu datang langsung ke gedung KPK dan
juga berjanji bahwa akan memperkuatkan lembaga KPK, bukan hanya sekali bapak
mengutarakan tujuan untuk memperkuat lembaga KPK, tapi berkali kali.
Kesederhanaan yang bapak tampilkan pada masa itu dan gaya kepemimpinan yang
bapak tunjukkan selama itu telah serta merta meyakinkan saya bahwa bapak dapat
menjadi harapan baru bagi negeri ini yang sedang dilanda dehidrasi moral.
Bahkan saya mengagumi gaya gaya kepemimpinan bapak, bukan hanya saya, bahkan
ada ribuan mungkin jutaan masyarakat Indonesia pada saat itu rela bekorban demi
membawa bapak menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Tapi
baru beberapa bulan bapak menjabat, sepertinya penyakit burung tujuh merasuki
gaya kepemimpinan bapak, entah apa yang menyebabkan bapak semakin berbeda,
entah karena lingkaran bapak, entah karena intervensi dan tekanan partai
pedukung bapak, entah,,, entah lah...
Bapak
presiden yang terhormat, saat ini bapak bukan hanya saja menghapuskan harapan
yang telah bapak janjikan, tapi bapak telah membunuh harapan masyarakat pada
bapak, membunuhnya wahai bapak presiden, perilaku bapak selama menjabat
presiden tidak mencerminkan seorang Jokowi yang kami kenal sebelumnya. Sosok
yang kami kenal, Jokowi tegas, cepat, sederhana. Itu tidak kami lihat dari
seorang Jokowi selama menjabat sebagai Presiden, apakah euforia dan harapan
yang bapak berikan telah berakhir usai bapak dilantik.
Bapak
presiden yang saya hormati, sepertinya visi revolusi mental yang bapak gadang
gadangkan selama kampanye pilpres itu perlu bapak pikirkan lagi terlebih
dahulu, siapa yang sebenarnya perlu direvolusi mental, jangan jangan malah
bapak sendiri yang perlu direvolusi mental, maaf pak presiden atas pemikiran
saya ini, mungkin telah melecehkan bapak sebagai presiden, saya juga tidak mau
hanya karena keresahan saya ini terhadap kondisi negara akibat dari tidak adanya
ketegasan dan kesigapan dari seorang presiden menyebabkan saya akhirnya terpaksa
harus mengeluarkan unek unek meski terlihat berlebihan dan lebai, tapi ini
adalah tulus suara dari hati nurani saya tanpa adanya intervensi, terutama
intervensi ibu saya, apalagi intervensi teman teman saya.
Jika
kemudian saya harus dituntut karena sangkaan pelecehan terhadap bapak presiden
yang terhormat, apalagi selama ini sedang trend dengan lapor melapor seperti
Mantan Menkumham Denny Indrayana yang dilaporkan oleh Budi Gunawan hanya karena
ia mengkritik Budi Gunawan dengan kata "Jurus Mabuk", itu tidak apa
apa, mudah mudahan jika saudara Denny Indrayana ditetapkan sebagai tersangka,
maka sekarang ada solusinya yaitu mengajukan Praperadilan. Tentu saya tidak
berharap bapak presiden melaporkan saya dengan sangkaan pelecehan, karena jika
saya ditetapkan sebagai tersangka lalu saya mengajukan praperadilan dan hakim
mengabulkan, tentunya bapak pasti malu.
Bapak
presiden yang terhormat, kita kembali tentang kondisi lembaga KPK, sebagai
lembaga yang saat ini paling dipercaya oleh masyarakat, sebagaimana yang pernah
bapak janjikan, bahwa bapak akan memperkuat KPK bahkan bapak berjanji akan
memperbanyak anggaran dan sumber daya manusia KPK, apakah kami harus percaya
pada saat ini atau tidak, tapi melihat fakta yang sedang terjadi saat ini,
sulit untuk kami percaya pada janji yang pernah bapak umbarkan. Disaat KPK
sedang dikriminalisasi dan disaat masyarakat bersuara mendesak bapak untuk
segera menyelamatkan KPK, bapak malah diam dan melakukan konferensi pers dengan
nada cengar cengir, tanpa ada sebuah keputusan pasti, akibat dari
ketidaktegasan bapak, maka kriminalisasi KPK semakin menjadi jadi, bahkan para
karyawan KPK ikut kena imbasnya.
Apakah
ini yang bapak sebut memperkuat KPK, atau memang bapak tidak lagi tahu, mana
suara masyarakat, mana suara pejabat dan mana suara partai. Sehingga bapak
lebih sering mendengar suara ibunda ratu yang mulia, bapak mungkin takut jika
ibu ratu ngambek, bahkan ngambeknya rakyat tidak seberapa dibandingkan dengan
ngambeknya ibu ratu, sehingga bagi bapak, ibu ratu adalah segalanya. Atau bapak
kini terlalu takut untuk dilengserkan dari kursi mewah itu jika membangkang
dari ibu ratu, sebegitu takutnya kah bapak sampai sampai tidak lagi mendengar suara
keresahan masyarakat akibat dari tidak adanya ketegasan bapak.
Surat Terbuka “Presiden Perlu Direvolusi Mental”
Reviewed by Yudi Official
on
Februari 16, 2015
Rating: