Media dalam komunikasi berasal
dari kata "mediasi" karena mereka hadir di antara pemirsa dan
lingkungan. Istilah ini sering digunakan untuk menyebutkan media massa, begitulah
penjelasan dari wikipedia. Kemudian wikipedia juga menjelaskan tentang kebebasan
media adalah hak yang diberikan
oleh konstitusional atau perlindungan hukum yang berkaitan dengan media dan
bahan-bahan yang dipublikasikan seperti menyebar luaskan berita tanpa adanya perlakuan atau
sensor dari pemerintah.
Ditengah kebebasan media yang diberikan secara lebih luas oleh pemerintah
sejak jatuhnya rezim orde baru, banyak orang yang mencoba mengambil keuntungan
dalam hal kebebasan tersebut, keuntungan yang di ambil berbagai macam mulai
dari keuntungan bisnis dan politik untuk menggiring opini publik ke arah
tertentu dengan jasa bayaran tanpa harus mengedepankan fakta dan independensi
media, sehingga “Media Bayaran” menjadi
istilah umum yang di ungkapkan oleh berbagai pihak yang tidak puas
dengan pemberitaan dengan fakta yang sebenarnya.
Sebut saja misalnya kejadian kasus kasus tertentu,
kemudian ada pihak yang membayar media untuk menggiring opini publik ke arah
kasus tersebut sehingga mengubah stigma berpikir masyarakat, padahal
penyampaian media tersebut tidak dijamin kebenarannya. Apalagi banyak media
yang dikuasai oleh politisi dan pengusaha sehingga membuat media bungkam
dibeberapa kasus kasus tertentu dan blak blakan juga di kasus kasus tertentu,
semuanya di atur menurut kepentingan kepemilikan media dan “siapa yang bayar”.
Siapa siapa saja pemilik media nasional di indonesia,
dalam hal ini coba kita ungkapkan media media besar yang diperhitungkan
pengaruhnya terhadap penciptaan opini publik. Dia adalah Hary Tanoesudibjo raja media
yang hampir menguasai rata rata media besar di Indonesia seperti RCTI, MNC,
Global TV, Okezone dll yang saat ini menjadi Ketua Pembina Partai Hanura, kemudian
Jacob Oetama pemilik
Kompas yang merupakan media terbesar di Indonesia, Dahlan Iskan pemilik jawa
pos, tempo, JPNN dll seorang Menteri yang saat ini menjadi peserta konvensi
partai demokrat, Surya Paloh pemilik Metro
TV dll yang merupakan pendiri partai Nasdem dan merangkap sebagai ketua umum, Chairul Tanjung pemilik Trans
Corporation didalamnya ada Trans TV, TV7 dll , Aburizal Bakrie pemilik TV
One, ANTV, Vivanews dll yang saat ini menjabat sebagai ketua umum partai Golkar
dan juga mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia pada tahun 2014 ini.
Pengaruh media terhadap
pengiringan opini publik memang sangat disadari oleh para politisi dan
pengusaha pengusaha, untuk memuluskan keinginannya seorang pengusaha dan
politisi haruslah memiliki media, seperti apa yang pernah di ungkapkan oleh
Sekjen PPP M Romahurmuziy pada Rakernas
Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia di hotel Sultan Jakarta rabu 1/3/2014 "Ingin kuasai Indonesia, kuasai media. Itulah
kuncinya"
diberitakan oleh tribunnews.com.
Setiap pengusaha dan politisi
selalu berlomba lomba untuk menjadi patnernya media, bahkan wartawan peliharaan
pun menjamur dikalangan politisi dan pengusaha, akibatnya yang terjadi adalah
kebebasan pers yang diberikan oleh pemerintah kepada media disalah gunakan,
independensi media semakin hari semakin diragukan, belum lagi banyak lahir
media media abal-abalan yang biasanya hanya mengandalkan berita copy paste dan berita
bayaran atau media provokasi yang bersifat politis untuk menjatuhkan lawan
lawan tertentu.
Lalu sampai kapan pemerintah
membiarkan media menjadi alat politik praktis, bukankah pengiringan opini
publik yang tidak berdasarkan fakta dan idependensi adalah sebuah kebohongan
dan pembodohan publik yang dilakukan secara terang terangan.
Media Bayaran
Reviewed by Anonim
on
Maret 07, 2014
Rating: