Kepada yang terhormat Bapak
Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah dan Bapak Wakil Gubernur Muzakir Manaf,
izinkan saya menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan Aceh yang saya
beserta masyarakat rasakan selama ini. Sebelumnya saya memohon maaf jika dalam
hal pandangan saya ini terdapat ketidaksetujuan Bapak atas apa yang saya
sampaikan, apalagi tutur kata yang Bapak anggap tidak pantas saya utarakan
mengingat Bapak sebagai orang besar (Pemimpin) dan orang terhormat di negeri
Aceh tercinta ini. Berbicara tentang kehormatan, Mungkin secara analisa dan
perspektif, Bapak pasti lebih tau bagaimana rasanya menjadi orang miskin,
bagaimana menjadi seorang janda, apalagi menjadi seorang korban pemerkosaan,
mereka pasti tidak lagi merasa menjadi orang terhormat. Apalagi, pragmatisme
pandangan masyarakat dalam era global ini, semua yang berbau tidak
menguntungkan, dianggap tidak terhormat. Tapi jika menguntungkan, korban
pemerkosaan pun akan menjadi terhomat.
Bapak pemimpin yang terhormat,
kita mengetahui bahwa perkembangan ekonomi tidak bisa dilakukan seperti
membalikkan telapak tangan, banyak factor sebab akibat (fishbone) yang menjadi
kendala dalam persoalan meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh dalam bidang
ekonomi, tapi bapak pemimpin yang terhormat, rakyat Aceh yang terdiri dari
berbagai macam persepsi dan pemikiran, mereka tidak memiliki waktu untuk
menganalisa persoalan mengapa ekonomi di Aceh semakin terpuruk, karena mereka
hanya ingin hari ini kerja apa agar bisa membeli satu kilogram beras untuk
dimakan. Tapi disela kesibukannya mereka selalu mempertanyakan bahkan
mengunjing bapak pemimpin, karena tidak mampu memberikan kesejahteraan kepada
mereka sebagaimana janji janji yang bapak sampaikan diwaktu kala.
Jika bapak ingin tau bagaimana
nasib para masyarakat Aceh, jangan pernah tanyakan kepada orang orang yang
berada disekitar Bapak, karena mereka tidak merasakan bagaimana memikirkan
untuk mencari beras satu kilogram untuk hari ini, karena mereka tidak pernah
membeli beras dalam enceran, tanyakan langsung kepada mereka para masyarakat
miskin dan para janda janda, apalagi orang orang yang disekitar bapak hanya
ingin menyampaikan laporan Asal Bapak Senang (ABS).
Disela kekecewaan mereka terhadap
Bapak, mereka selalu menaruh harapan adanya bantuan dan kepedulian dari Bapak,
tapi apa boleh buat, bantuan yang Bapak berikan dengan niat mulia itupun harus
mereka terima dengan rasa sakit dan kecewa, mungkin Bapak tidak pernah dengar,
bagaimana bantuan bantuan yang Bapak berikan kepada mereka harus melalui
beberapa tahap, dimulai dengan Pajak A, Pajak B, sampai kepajak Nangroe.
Sungguh kita telah menderita penyakit, penyakit yang sangat kronis.
Jika kemudian muncul pertanyaan
dari Bapak kenapa tidak ada yang melapor, jika itu pertanyaan dari Bapak, maka
Bapak sungguh merasa buta dengan kondisi di Aceh, bahwa melapor atau meributkan
persoalan bantuan yang bapak berikan seperti itu hanya akan menyulitkan kondisi
si pelapor untuk kedepannya, bahkan di anggap tidak tau di untung, padahal itu
merupakan hak mereka yang harus diterima penuh.
Saya memang tidak tahu, apa yang
menjadi persoalan ekonomi masyarakat Aceh tidak meningkat, pengangguran
bertambah, apakah persoalan kinerja anak buah bapak yang tidak mampu memberikan
nilai terbaik sehingga saya melihat bapak selalu menggonta ganti mereka atau
memang bapak yang tidak mampu mengelola sumber daya manusia dan sumber daya
alam yang ada. Saya tidak ingin berspekulasi negative terhadap kinerja bapak,
karena saya yakin bapak selalu berniat baik untuk memajukan Negeri Aceh
tercinta ini, tapi jika bapak punya niat baik dan kerja keras untuk memajukan
Aceh, berikan kami bukti bahwa bapak memiliki niat itu, karena sampai saat ini
kami masih bertanya tanya, tentang waktu kapan akan tiba agar kami benar benar
merasakan kesejahteraan dan keadilan.
Apalagi kita sadar, bahwa perang
yang kita alami selama 32 tahun telah memberikan kita banyak air mata dan darah
yang tak mungkin terhapus begitu saja, mereka para janda dan korban lainnya
sangat menantikan sebuah impian Aceh Sejahtera.
Investor yang pernah bapak puja puji
agar hadir di Aceh dengan tujuan memperkecil angka pengangguran ternyata tidak
juga berdampak secara langsung kepada masyarakat, malah menjadi boomerang bagi
masyarakat sekitar yang menerima dampak lingkungan terhadap kehadiran investor
tersebut, sedangkan masyarakat sekitar tidak mampu meningkatkan tarif
kehidupannya, apalagi bicara kesejahteraan, apa yang salah wahai bapak pemimpin
dengan kondisi seperti ini, tolong jelaskan kepada kami. Jangan biarkan kami
terus berasumsi dan terus berasumsi terhadap kinerja bapak.
Rumah bantuan yang pernah bapak
janjikan kepada kami dengan jumlah ratusan ribu unit kemarin itu sedikitnya
melegakan hati kami, kami selalu berhayal agar segera mendapatkan rumah itu, rumah
kami yang mulai bocor dan miring ini agar segera dibongkar, kami lelah dengan
kondisi kehidupan kami yang seperti ini, tapi takdir mengharuskan kami untuk
tinggal digubuk seperti ini, meski bapak sudah menjanjikan ratusan ribu
pembangunan rumah, kami masih saja tinggal digubuk ini.
Apalagi jika kita berbicara
1juta/KK dan naik haji pakai kapal pesiar, tentu hayalan saya beserta
masyarakat sudah dianggap berlebihan wahai bapak pemimpin kami.
Terus bekerja pak,
Semoga kita sejahtera…!!!
Untuk Bapak Gubernur
Reviewed by Yudi Official
on
November 18, 2014
Rating: