Jangan salahkan para
Anggota Dewan jika kemudian masyarakat kecewa terhadap kinerja mereka yang
tidak pro terhadap masyarakat, karena apapun alasannya, kitalah yang telah
memilih mereka melalui tangan kita masing masing, nasib kita dalam sistem
kenegaraan telah kita percayakan kepada mereka untuk 5 tahun mendatang, jika
kemudian tidak sesuai dengan keinginan kita, mengapa kita harus salahkan
mereka, mari intropeksi diri, mengapa memilih mereka pada pemilu tahun 2014
kemarin, bukankah ada banyak yang lain, yang lebih layak dan dapat kita
percayakan untuk mewakili kita menyuarakan keadilan dan kesejahteraan untuk
kita semua. Tapi semuanya telah kita tentukan melalui tangan kita pada 09 April
tahun 2014 yang lalu.
Hasilnya Pileg dan Pilpres tahun 2014 telah menyisakan banyak
dendam bagi pihak yang kalah, terbukti dari berbagai strategi yang dilakukan
selama ini, Politik tahun 2014 adalah
paling rumit, karena tidak adanya ke Dewasaan berpolitik dan tidak siap kalah.
Dinamika politik yang terjadi dipusat terpecah dalam dua koalisi besar telah
merambah kedaerah menyebabkan kerugian bagi masyarakat Indonesia, akibat tidak
terurus dengan baik.
Masyarakat
menjadi murka akibat memilih wakilnya tidak berdasarkan kebaikan, tapi karena
persoalan rupiah yang disetorkan, Rakyat tidak belajar dari pengalaman wakil rakyat
sebelumnya, padahal kondisi Anggota Dewan periode sebelumnya sungguh
mengecewakan masyarakat, tapi masyarakat malah tahun ini memilih wakil yang
setia menyembah tuannya di KMP/KIH (Koalisi Merah Putih/Koalisi Indonesia
Hebat) dan lebih parah dibandingkan Anggota Dewan sebelumnya, Pileg
2014 memperlihatkan rakyat tidak memilih wakilnya melainkan memilih wakil
KMP/KIH, aksi tersebut terlihat nyata bagaimana tingkah laku para Anggota Dewan
pasca pelantikan, mereka disibukkan dengan urusan koalisi dan kepentingan
kelompoknya, sedangkan kepentingan masyarakat terabaikan berbulan bulan, siapa
peduli, jelas mereka tidak memperlihatkan kepeduliannya.
Kondisi
ini mengakibatkan rakyat sendiri yang dirugikan, Rakyat yang materialistik
telah menggadaikan hidupnya selama 5 tahun hanya karena di setor dengan nilai
100.000 rupiah untuk memilih Anggota Dewan, Jika tahun ini rakyat kembali tidak
merasa ada wakilnya di Anggota Dewan, jangan salahkan mereka, salahkan dirimu
yang memilih mereka karena setoran rupiah. Nilai rupiah telah membutakan hati rakyat untuk memilih
wakilnya diparlemen, senilai itukah nilai hati nurani kita, Begitu parah kah
pragmatisme dan materialistik rakyat indonesia, sehingga semuanya di nilai
dengan rupiah, Begitu terjepitkah rakyat Indonesia sehingga apapun yang
dilakukan harus ada nilai rupiahnya, Apakah kita sadar, kita telah menjual
suara kita hanya untuk memperkaya orang orang tertentu, yang seharusnya menjadi
milik kita, kita juga telah menggadaikan kehidupan bernegara kita selama 5
tahun mendatang.
Pragmatisme
masyarakat berpikir dan materialistik masyarakat bertindak telah menjadikan
pemilu di Indonesia dimanfaatkan oleh orang orang yang berorientasi pada
kapitalisme, para politisi menyiapkan modal tidak tanggung tanggung dengan
melibatkan investor dalam negeri maupun luar negeri untuk mendukung mereka
menyukseskan perebutan kursi yang seharusnya di isi oleh orang orang yang memihak
pada kepentingan masyarakat. Sehingga money politik dalam berbagai bentuk
dimainkan berupa pembagian uang pada saat menjelang pemilihan, pembagian
sembako, pembagian alat rumah tangga dan berbagai macam pembagian lainnya
dimainkan sedemikian rupa dengan berteori pada bentuk bantuan dan kedermawanan.
Dalam
politik jelas ada konsep seperti pengusaha, semakin banyak modal yang
dikeluarkan maka semakin banyak keuntungan yang harus didapatkan, tentunya
tidak ada yang gratis bagi mereka politisi, maka dipastikan semakin banyak
mereka menghamburkan uang ketika pemilu maka semakin banyak pula mereka menarik
kembali modal dan keuntungannya ketika terpilih menjadi Anggota Dewan.
Maka
dari itu, jika kemudian Anggota Dewan terpilih tidak memperjuangkan kepentingan
masyarakat maka tidak serta merta dapat disalahkan, mereka telah membeli suara
masyarakat dengan berbagai bentuk, sedangkan masyarakat bangga memilih mereka
karena sebuah transaksi bukan karena persoalan kemampuan dan kapabilitas yang
dimiliki oleh calon Anggota Dewan tersebut.
Tingkah
laku para wakil KMP/KIH saat ini telah menjadi kado terpahit untuk rakyat
Indonesia, mereka menyembah tuannya KMP/KIH, Mereka melakukan apapun demi tuannya, tapi tidak bagi
rakyat yang memilihnya, Bagi mereka rakyat hanyalah nilai (rupiah) yang perlu
disetor menjelang pemilu. Kita akan melihat kembali mereka pada tahun 2019
nantinya, mereka akan kembali menjadi dermawan dan sangat peduli terhadap
kondisi masyarakat, tapi jangan berharap mereka peduli sebelum menjelang tahun
2019.
Kenapa Kita Salahkan Anggota Dewan
Reviewed by Yudi Official
on
Desember 02, 2014
Rating: