Melihat kondisi kekinian di Provinsi
Aceh tercinta ini akan muncul sejumlah keraguan akan nasib Aceh kedepannya.
Penembakan, pembunuhan, kekerasan, penculikan, pembakaran menjadi berita
menarik yang di ulas oleh media massa setiap hari. Kemudian semakin mendekati
menjelang pemilihan baik itu kepala daerah (Gubernur dan Bupati) maupun
pemilihan legislatif yaitu (DPR-RI, DPD RI, DPRA, DPRK) akan semakin sering
muncul pemberitaan yang saya maksud di atas.
Mengingat sederetas kasus menjelang
pemilihan tersebut, kita sebagai masyarakat Aceh kembali teringat akan
bagaimana ketika Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Rezim Orde Baru.
Masa rezim orde baru siapapun yang menjadi lawan politik akan dibumi hanguskan
dan dihilangkan, begitu juga dengan kejadian di Aceh pasca damai pada
perjanjian MoU Helsinky tahun 2005 silam. Ketika menjelang tahun politik selalu
saja ada kasus penembakan, pembunuhan, kekerasan, penculikan, pembakaran dan
sederetas kasus lainnya yang tidak mampu di ungkapkan oleh pihak kepolisian
dengan kemudian memunculkan berbagai macam spekulasi di masyarakat akan
keraguan mereka terhadap institusi polri di Aceh.
Misalnya baru baru ini terjadinya
kekerasan terhadap salah satu kader Partai Nasional Aceh yang bernama M.
Yuwanis di Kab. Aceh Utara, yang kemudian meninggal dunia di Rumah Sakit Cut
Meutia Lhokseumawe, sampai saat ini kasus tersebut kembali mengambang sama
seperti kebanyakan kasus kasus lainnya yang pernah terjadi di Aceh.
Banyaknya kasus penembakan, pembunuhan,
kekerasan, penculikan, pembakaran yang tidak terselesaikan membuktikan lemahnya
institusi polri di Aceh, padahal jika kita melihat kinerja institusi polri di
Indonesia yang mampu mengungkap kasus kasus besar di Indonesia seperti teroris
yang begitu gencar di berantas oleh Polri, kemudian kasus kasus besar lainnya,
tidak mungkin jika kita mengatakan bahwa polri tidak mampu mengungkap kasus
kasus yang terjadi di Aceh.
Kemudian belum selesainya kasus yang
terjadi pada M. Yuwanis, hari ini tepatnya tanggal 16 februari 2014 di Aceh
Utara 7 selonsong peluru jenis M16 ditemukan di Posko Pemenangan Caleg Dari
Partai Nasdem yang bernama Zubir HT. Menurut pemberitaan di media massa, 2
orang tim sukses Zubir HT mendapatkan bogem mentah dari 2 pelaku tak dikenal
itu setelah melakukan muntahan 7 peluru ke posko pemenangan tersebut.
Jelas ini bukanlah kejadian pertama
yang terjadi di Aceh jelang pemilihan legislatif maupun eksekutif. Di Aceh
sederetan kasus kasus seperti ini sudah pernah terjadi, tapi apakah kemudian
akan kembali mengambang penyelesaiannya oleh pihak Polri.
Apakah Perang di Aceh baru dimulai
atau memang orang Aceh tak bisa hidup tanpa perang, sehingga jika tidak ada
lawan dari pihak luar, orang Aceh sendiri pun akan di basmi demi menuai perang
kembali di Aceh.
Atau ini adalah awal dari sebuah
munculnya kembali perang, sehingga akan kembali menuai Perang Cumbok jilid II,
atau karena kekuasaan segala galanya bagi mereka sehingga apapun caranya akan
ditempuh walaupun harus menghabiskan nyawa saingannya.
Entahlah, kita boleh saja
berspekulasi apapun, karena jawaban sesungguhnya tidak akan pernah kita
dapatkan kecuali dari mereka yang menuai benih benih konflik tersebut dan
marilah kita bersujud dan memohon kepada sang maha kuasa agar Aceh tak lagi
menuai benih benih konflik tersebut.
Karena Aceh adalah milik kita, milik kita bersama dan untuk kita semua.
Aceh, Perang Baru Dimulai
Reviewed by Anonim
on
Februari 16, 2014
Rating: