Sebagai seorang Pemimpin,
konsistensi harus menjadi landasan utama dalam bersikap, kemudian diikuti oleh kesetiaan.
Modal utamanya adalah dua hal itu, tanpanya, maka mustahil orang tersebut akan menjadi
pemimpin yang adil dan mensejahterakan rakyatnya. Sedangkan sebagai seorang
politisi, penghianatan memang sudah menjadi makanan yang sering ditelan, dari
sejarah itu pula lahirnya para politisi ulung, seperti kata D Farhan Aulawi “Tidak
ada pelaut ulung yang dilahirkan dari samudera yang tenang, tapi ia akan
dilahirkan dari samudera yang penuh terpaan badai, gelombang dan topan”.
Dalam kondisi buah
penghianatan menurut kacamata grassroots level kader-kader NasDem di Aceh,
Tarmizi Karim telah memperlihatkan wujud aslinya terutama kepada kader NasDem
yang semula sudah bekerja mensosialisasikan pasangan yang sudah dilakukan
konferensi pers dikantor DPW NasDem Aceh beberapa waktu lalu. Konferensi pers
yang semula membangkitkan kader-kader NasDem untuk memenangkan Tarmizi Karim
kini kandas ditengah jalan, harapan itu tak akan mampu didapatkan lagi oleh
Tarmizi Karim pasca partai-partai koalisi di tingkat pusat mewacanakan
pergantian posisi wakil yang kini diisukan diisi oleh kader Golkar.
Efek dari pergantian
tersebut tentu menuai reaksi pro dan kontra, terutama kader-kader NasDem yang
merasakan kekecewaannya amat dalam terhadap Tarmizi Karim dan Surya Paloh
karena tidak mempertahankan posisi Zaini Djalil yang sudah ditetapkan sebagai
Calon Wakil Gubernur dan sudah diketahui public. Pergantian tersebut
menimbulkan beban yang berat bagi Zaini Djalil maupun kader NasDem, beban moral
dan kehormatan dipertaruhkan pada posisi NasDem saat ini. Dalam posisi seperti
ini pula, tak banyak politisi-politisi yang mampu menerimanya dengan bijak dan
iklas, hanya sedikit politisi yang kemudian mampu menerimanya dengan keiklasan,
selebihnya memilih menunjukkan kekuatannya, baik dengan isu propaganda,
pengerahan masa maupun aksi aksi lainnya yang dilakukan akibat dari tidak mampu
menerima sebuah penghianatan ataupun keputusan yang mengecewakannya.
Dalam konstelasi politik
saat ini, Zaini Djalil Ketua Partai NasDem Aceh bisa dikatakan sebagai “korban”
dari ganasnya strategi koalisi partai politik, yang mulanya juga digagas oleh
dirinya, ia dipanah dari kejauhan mata memandang yang kemudian menusuk tepat
dijantung hatinya, ia bukan saja dikorbankan dari ketidaksetiaan orang yang
pernah ia perjuangkan, tapi juga ikut menikam dirinya saat panah sudah menancap
jantungnya. Apalagi, sejak isu perombakan posisi wakil, dalam setiap kalimat yang ia
utarakan pada media, tidak ada sedikitpun pembelaan atau harapannya untuk tetap
berpasangan dengan Zaini Djalil, tentu ini sangat mengecewakan bagi kader
maupun pendukung Zaini Djalil dan NasDem.
Sejak isu tersebut berhembus pula, media social dipenuhi
dengan beragam macam komentar, ada yang sedih, simpati, ada pujian, ada yang
tertawa, senang, mengejek dan berbagai ekspresi yang ditunjukkan oleh public
dalam mengomentari realita politik yang sedang terjadi pada partai NasDem.
Bahkan kader-kader partai NasDem ikut mengomentari isu tersebut yang sedang
berhembus kencang, salah satunya Wiratmadinata yang juga Wakil Ketua DPW Partai
NasDem Aceh, yang sedari awal sudah berjuang membantu Tarmizi Karim "Jika saya Calon Gubernur dan wakilnya Zaini Djalil - Maka saat ini saya akan mengatakan; Saya tidak akan
ikut Pilkada, jika Pak Zaini Djalil diganti. Karena beliaulah yang Pertama
sekali mendukung saya sebagai Calon Gubernur dari Nasdem sejak awal. Tanpa
usahanya, saya tak memiliki apa-apa untuk pencalonan ini".
Jika kemudian ini adalah berbicara tentang keterwakilan
wilayah geografis kedua sosok tersebut, bukankah dari dulu baik Tarmizi Karim
maupun Surya Paloh sudah mengetahui perihal ini lalu kenapa dulu dipaketkan
lalu kemudian dipermasalahkan. Nyoe keuh politek, lam anggok na asek, seperti komentar
kawan kawan media social yang sering saya temui
Inkonsistensi Tarmizi Karim dan Reaksioner Kader NasDem
Reviewed by Yudi Official
on
September 20, 2016
Rating:
Tidak ada komentar: