"Kalau saya wujudkan keinginan
untuk bertemu istri dan anak saya sekarang, lalu bagaimana dengan anak anak
yatim yang ada bersama saya disini sekarang" ujar Din Minimi, seperti yang
tertulis di halaman pertama harian Serambi Indonesia terbitan 29 Mei 2015.
Din Minimi memang beberapa bulan
ini menjadi topic hangat yang terus diperbincangkan, mulai dari pihak keamanan,
politisi, aktivis, mahasiswa dan anak anak muda Aceh, karena tindakannya yang
saat ini menyatakan perlawanan terhadap kepemimpinan Zikir "Zaini Abdullah
dan Muzakir Manaf" dengan alasan tidak menepati janji, tidak mengurus anak
yatim dan tidak mengimplementasikan perjanjian MoU Helsinky yang ditanda
tangani tahun 2005 silam.
Din Minimi tak lain adalah mantan
kombatan GAM, menurut keterangannya dimedia, ia jelas jelas menunjukkan
kekecewaannya terhadap para elit pejabat di Aceh, terutama kalangan mantan GAM,
yang disibukkan dengan "MEMPERKAYA DIRI" dan tak lagi menjadikan
wadah politik sebagai cara untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat Aceh,
terutama memperhatikan anak yatim dan memperjuangkan terimplementasinya UUPA
sebagaimana perjanjian MoU Helsinky.
Beranjak dari kekecewaan tersebut,
Din Minimi akhirnya kembali naik gunung dan memproklamirkan diri sebagai kelompok
yang menentang pemerintah Aceh dalam hal ini "Zikir". Ketenerannya
adalah saat ia pertama kali tampil dihalaman pertama Serambi Indonesia beberapa
bulan yang lalu dengan didampingi oleh salah satu LSM local di Aceh, hingga
mengundang respon pihak keamanan di Aceh untuk mengejarnya.
Namun, saya secara jujur setelah
berkali kali membaca pemberitaan terkait Din Minimi, benar benar mengundang
simpatik kepada Din Minimi. Yang saya sesalkan adalah mengapa perjuangan Din Minimi
terpojokkan, padahal ia jelas jelas dan berulang kali mengatakan bahwa hal itu
ia lakukan karena kekecewaannya terhadap pemerintah yang ia nilai telah
melupakan garis dan tujuan lahirnya perdamaian.
Akibat keputusannya itu, Din Minimi
terpaksa meninggalkan 3 anak dan istrinya, serta kembali mengajak mantan mantan
kombantan GAM untuk naik gunung dan menjelajah pergunungan Aceh seperti dulu
yang pernah ia lakukan ketika Aceh masih dalam konflik. Bahkan ia telah
menghibahkan hidupnya sampai akhir hayat untuk terus memperjuangkan cita
citanya agar pemerintah memberi keadilan bagi rakyat Aceh, memperhatikan janda
korban konflik, anak yatim dan mengimplementasikan perjanjian MoU Helsinky.
Apa yang dilakukan oleh Din Minimi
saat ini adalah, seperti yang juga pernah dilakukan oleh Zaini Abdullah dan
Muzakir Manaf, yaitu melawan ketidak adilan pemerintah pusat terhadap Aceh,
namun sekarang Din Minimi melakukan perlawanan terhadap Zaini Abdullah dan
Muzakir Manaf (Pemerintah Aceh yang dikuasai oleh elit GAM) karena ketidak
adilan dan pengabaiannya terhadap anak yatim, janda korban konflik dan para
mantan GAM yang saat ini masih terkatung katung penghidupannya, sedangkan para
elit GAM sudah hidup dalam kegemilangan harta dan fasilitas.
Sejak munculnya kelompok Din Minimi
ke publik dan menjadi perhatian serius masyarakat, sampai saat ini pemerintah
diam dan tak menggubris tuntutan yang dilakukan oleh para kelompok Din Minimi,
bahkan upaya persuasif pun tak dilakukan oleh pemerintah, seperti apa yang dilakukan
oleh Danrem Lilawangsa. Keputusan Danrem Lilawangsa untuk bersilaturrahmi
kerumah keluarga Din Minimi disambut positif oleh para tokoh dan masyarakat
Aceh, karena TNI sedang melakukan upaya persuasif dan upaya persuasif diyakini
mampu meredam pertumbuhan kelompok tersebut dibandingkan upaya kekerasan, mengingat
sejarah bahwa Aceh tidak bisa dilakukan upaya kekerasan untuk menumpas kelompok
yang sedang melakukan perlawanan.
Diamnya pemerintah dalam hal ini
Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf menunjukkan, bahwa pemerintah memang sedang
tidak memberi perhatian terhadap para mantan GAM, janda korban konflik dan anak
yatim. Karena kelompok ini bukan baru baru muncul, akan tetapi sudah terjadi
kontak tembak berulang kali dan telah jatuh korban jiwa, sedangkan Din Minimi
sendiri, berulang kali berbicara ke media terhadap apa yang sedang ia
perjuangkan. Bahkan kelompok ini semakin bertumbuh pengikutnya dan akhir akhir
ini telah menimbulkan keresahan bagi masyarakat, karena dapat terciptanya
kembali Aceh dalam konflik. Akibat dari tidak adanya perhatian pemerintah, maka
kelompok ini pun menjadi semakin liar dan berkembang.
Jika Aceh kembali dalam konflik,
lalu siapa yang harus bertanggung jawab ?
Rakyat Aceh kah yang harus jadi
korban lagi….
Din Minimi Dan Perlawanannya Terhadap Zikir
Reviewed by Yudi Official
on
Juni 03, 2015
Rating:
Tidak ada komentar: