Menjelang pemilihan umum yang merupakan pesta
5 tahunan tersebut gencar disebut sebut sebagai “pesta rakyat”, tapi benarkah
rakyat merasa sedang melaksanakan pesta ketika pemilihan 5tahun tersebut
berlansung. Benarkah rakyat di untungkan dalam pesta tersebut. Tentu ketika
pesta 5tahunan tersebut rakyat tidak perlu lagi membeli kain sarung untuk
keperluan dirumah, karena pasti akan banyak para tokoh politisi yang
mencalonkan diri sebagai calon legislative menyumbang kain kain sarung kedesa
sebagai cara untuk menarik simpati masyarakat agar memilihnya.
Jika hari meugang datang, yang merupakan
pesta makan daging rakyat Aceh yang kerap dilaksanakan menjelang hari hari
perayaan seperti menjelang puasa,menjelang lebaran. Rakyat tidak perlu susah
susah memikirkan kemana harus mencari uang untuk dapat membeli daging agar bisa
melaksanakan hari meugang. Sebab akan banyak para calon calon legislative yang
akan menyumbang daging ataupun uang dengan maksud juga menarik simpati
masyarakat agar memilihnya. Terlebih para calon incumbent yang sedang duduk di
kursi dewan namun kembali mencalonkan diri sebagai calon legislative pasti akan
kembali menjadi sosok dermawan dengan sering sering melakukan kunjungan dan
membagi bagikan bantuan kepada gampong gampong dengan dalih reses dan merakyat
satu tahun menjelang masa jabatannya berakhir.
Tapi kemana mereka 4 tahun yang lalu, tidak
usah ditanya karena pasti mereka sibuk memikirkan bagaimana mengembalikan modal
yang sudah dihabiskan ketika mencalonkan diri sebagai calon legislative, bagaimana
memberdayakan partainya, bagaimana mereka harus dapat mengumpul uang agar dapat
kaya sebelum masa jabatannya berakhir.
Dewan yang sebelumnya duduk diam dan adem
adem saja di kursi empuk, mereka pasti akan terlihat mulai sering sering berada
ditengah tengah masyarakat ketika masa jabatan tinggal 1 tahun lagi dan kembali
mencalonkan diri. Mereka menjadi dewan yang peduli bahkan menjadi dewan yang
merakyat dengan selalu mengunjungi rakyat setiap harinya dari kampung A
kekampung B. bantuan bantuan paling gencar mengalir kekampung kampong ketika
dewan menjelang masa jabatan berakhir, spanduk spanduk dewan bertebaran di
gampong gampong dengan tulisan berbagai macam promosi untuk menarik perhatian
masyarakat.
Begitulah pesta rakyat, pesta 5tahunan yang
menghabiskan dana trilyunan rupiah, pesta yang rakyat dapatkan selembar kain
sarung dari para calon legislative, pesta yang rakyat dapatkan setumpuk tulang
daging dari para calon legislative yang mendadak dermawan, selembar uang dari
para calon legislative yang tiba tiba menjadi peduli dengan keadaan rakyat.
Apakah ini pesta rakyat atau pesta politisi,
karena sebelum terpilih rakyat berpesta dengan berbagai macam bantuan yang
berjumlah puluhan ribu rupiah dari para calon legislative dan ketika terpilih
para legislative akan berpesta dengan uang ratusan juta dan milyaran rupiah
dikursi empuk yang disebut Dewan Perwakilan Rakyat.
Sekarang rakyat lah yang menentukan, apakah
mau berpesta hanya dengan selembar kain sarung dan setempuk tulang daging yang
akhirnya akan melahirkan anggota dewan pestaphoria di kursi empuknya. Semoga di tahun mendatang
tidak lagi kita mendengar “semua dewan sama saja” karena yang memilih dan
menentukan kita lah sebagai rakyat. Jadi bobroknya kinerja dewan adalah
kesalahan kita yang telah memilihnya.
Mari sekarang kita renungkan, ini pesta
siapa..?
Pesta Rakyat Atau Pesta Politisi
Reviewed by Unknown
on
November 24, 2013
Rating: