Mahasiswa mempunyai status yang terhormat pada sebuah bangsa, tidak
terkecuali di Indonesia, semua bangsa mengakui bahwa mahasiswa merupakan calon
kaum intelektual yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Tidak hanya dari segi
pemerintah, mahasiswa di anggap sebagai calon kaum intelektual, masyarakat desa
pun tak tanggung-tanggung menaruh harapan perubahan pada kaum intelektual
tersebut. Namun apalah arti dari kehormatan yang diberikan oleh bangsa dan
rakyatnya jika hal tersebut ternyata tak dapat di implementasikan oleh
mahasiswa secara maksimal.
Sejarah mencatat dari era penjajahan sampai dengan era reformasi dan
saat ini, mahasiswa memang telah banyak membuat perubahan. Apalagi ketika tahun
1998 yang merupakan puncak kejayaan mahasiswa dalam menuntut mundur nya seorang
penguasa tertinggi di Indonesia yaitu presiden, tapi sadar atau tidak siapa
mereka yang di anggap sebagai pahlawan, bahwa mereka-mereka yang banyak
menulis.
Soe Hok Gie, mahasiswa mana yang tak mengenal nama tersebut, salah satu
mahasiswa yang dengan lantang mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah di orde
baru, tentunya bukan hanya Soe Hok Gie yang lantang mengkritik pemerintah pada
saat itu. Pastinya menimbulkan tanda tanya pada kita semua, kenapa hanya Soe
Hok Gie yang terkenal sang aktivis pemberani itu, salah satu jawabannya adalah
menulis. Soe Hok Gie seorang aktivis revolusioner bukan hanya pintar mengkritik
kebijakan pemerintah tetapi juga selalu mengkritik kebijakan pemerintah melalui
tulisan-tulisan kritisnya. Meski saat ini Soe Hok Gie tidak lagi menikmati
hidup pada era reformasi, namun nama Soe Hok Gie tetap menjadi inspirasi bagi
banyak orang, apalagi mahasiswa.
Bisa kita bandingkan dengan kebiasaan mahasiswa saat ini, yang mempunyai
hanya satu tujuan yaitu mendapatkan nilai terbaik, meski harus melakukan dengan
cara-cara apapun. Apalagi dengan dukungan teknologi hanya dimanfaatkan oleh
mahasiswa untuk segi negatif. Sehingga apa yang terjadi intelektualitas
mahasiswa mulai diragukan. Salah satu hal yang paling diragukan saat ini adalah
“Kemampuan Menulis”. Harus di akui untuk saat ini budaya menulis dikalangan
mahasiswa sangat memprihatinkan ditambah lagi dengan budaya membaca dikalangan
mahasiswa yang juga mendapat penghargaan memprihatinkan. Lengkap rasanya ketika
mahasiswa saat ini semakin diragukan intelektualitasnya.
Menulis yang seharusnya menjadi
salah satu budaya dikalangan intelektual dalam mengimplementasikan ide, gagasan
dan pemikirannya di anggap sebagai sesuatu yang sulit oleh banyak mahasiswa. Kehadiran
teknologi tidak dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam mengimplementasikan
ide,gagasan dan pemikirannnya. Padahal di era seperti ini didukung dengan kehadiran
media elektronik dan media cetak namun tidak membuat mahasiswa banyak mahasiswa
mau memanfaatkannya untuk menyampaikan pemikirannya.
Apalagi kehadiran blogger, wordpress
dan lain lain yang dapat di buat secara gratis tidak dapat dimanfaatkan oleh
mahasiswa secara umumnya. Mahasiswa yang memiliki blog secara pribadi masih
dapat dihitung dalam persentase yang sangat rendah.
Lalu muncul sebuah pertanyaan, Apakah
mahasiswa tidak melihat bahwa menulis merupakan sebuah keharusan atau Mahasiswa
yang tidak mampu menyampaikan pemikirannya melalui tulisan.?
Menantang Mahasiswa
Reviewed by Unknown
on
Juli 21, 2013
Rating:
Tidak ada komentar: