Batam di Hantam Pancorba


Ekonomi Batam dihantam betubi-tubi dalam beberapa bulan belakangan ini, imbasnya banyak usaha-usaha kecil yang dipaksakan gulung tikar dan merumahkan karyawannya, bukan hanya usaha kecil, usaha besar juga lebih duluan berdampak pada berbagai kebijakan-kebijakan sebelumnya, sehingga membuat Batam semakin dihantui keterpurukan, tak sedikit yang berspekulasi bahwa Batam kini tak seindah Batam dulu, kemungkinan kebenaran ini tak bisa dielakkan dengan berbagai kenyataan. 

Keluarnya PMK 199 telah membuat banyak usaha kecil di Batam berdampak sejak awal tahun 2020, PMK ini mewajibkan setiap barang yang dikirim dari Batam ke berbagai daerah di Indonesia dengan harga minimal 3 USD dikenakan pajak, hal tersebut membuat banyak pedagang-pedagang yang selama ini menggantungkan hidupnya terpaksa menelan pil pahit atas kebijakan ini, karena sangat memberatkan para usaha kecil.

Seperti Shopee salah satu marketplace online memutuskan menerapkan kebijakan pukul rata, dimana barang dari Batam dikenakan pajak 27,5% untuk semua jenis barang, bahkan harga barang 10.000 sekalipun dikenakan pajak 27,5%, begitu pula untuk harga barang seterusnya. Kebijakan tersebut sangat membuat pedagang kesulitan memasarkan produknya, untuk setiap barang yang harganya 100.000 maka shopee memotong pajak 27.500, yang tentu membuat harga barang jadi melambung tinggi dan para pedagang di Batam tidak dapat bersaing dengan penjual di luar Batam, padahal harga Barang di Batam meski FTZ tidak berbeda jauh harganya dengan berbagai daerah lain di Batam, bahkan ada barang yang lebih murah diluar Batam.

Kebijakan tersebut juga berdampak pada pengiriman semua barang, seperti barang seken, atau barang yang anda beli diluar Batam kemudian anda jual ke luar Batam kembali, misalnya anda membeli barang di Jakarta secara grosiran, lalu menjual lagi ke Pekanbaru, saat barang keluar dari Batam, barang tersebut tetap dikenakan pajak.

Efek terhadap hal tersebut membuat Batam semakin terpuruk terhadap peningkatan perekonomiannya, para usaha-usaha kecil yang menggantungkan hidupnya dalam perdagangan terpaksa menerima hal tersebut, tak sedikit yang memutuskan untuk melelang barangnya dengan murah dan mengkosongkan Gudang, karena usaha tersebut dianggap tak dapat berkompetensi lagi dengan daerah lain.

Belum usai persoalan PMK, Virus Corona melanda Negeri China, yang memberikan efek domino keseluruh dunia hingga saat ini, termasuk Indonesia secara keseluruhan dan beberapa daerah di Indonesia sangat berimbas terhadap kondisi tersebut, termasuk Batam.

Batam, selain industri manufaktur, perdagangan, pariwisata juga menjadi asset penting terhadap pertumbuhan ekonomi di Batam, perekonomian di Batam juga sangat bergantung pada industry pariwisata, virus corona telah membuat arus lalulintas ke Batam menjadi sepi dan banyak industri-industri pariwisata di Batam menjadi lesu, meski berbagai kebijakan dilakukan seperti meniadakan pajak hotel dan restaurant, promo harga tiket pesawat, namun tidak mampu memberikan pengaruh terhadap arus lalulintas pariwisata, apalagi pariwisata di Batam di dominasi oleh para turis yang berasal dari negara China.

Kasus Corona adalah bisa dikatakan sebagai bagian selanjutnya dari porak-poranda kondisi ekonomi di Batam, yang berimbasnya bukan saja pada sector pariwisata, tapi juga pada sector industry manufaktur dan industry lainnya, karena para investor enggan untuk melakukan investasi disaat kondisi yang sedang tidak baik-baik saja, para investor banyak yang memutuskan menunda langkah-langkah investasinya demi mengurangi resiko kerugian.

Meski upaya lockdown belum dilakukan oleh Batam seperti yang disuarakan oleh berbagai masyarakat saat ini, namun kondisi Batam sudah tidak mencitrakan positif kondisi ekonominya, hantaman kebijakan PMK, virus corona, dan lemahnya angka investasi di Batam selama ini memberikan suatu kondisi yang tidak pasti di Batam, apalagi masyarakat yang mayoritas menggantungkan hidupnya dalam sector swasta, lockdown akan memberikan dampak yang lebih buruk bagi Batam.

Dalam kondisi saat ini tanpa lockdown, kondisinya, pengangguran semakin meningkat, lapangan pekerjaan semakin sulit, pendapatan menjadi berkurang, sector-sektor swasta menjadi semakin tidak menentu, Batam memang sedang dilandasi pada suatu kondisi “pancaroba”, yang jika tidak dikelola dengan baik akan berimbas pada jangka panjang dan akan semakin memperburuk kondisi. 

Saat ini, kasus positif corona yang di Batam disebutkan berjumlah 4 orang, 3 diantaranya masih dalam perawatan dan 1 orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan 859 orang berstatus ODP (orang dalam pengawasan), dan ada 2.063 orang disebut mengalami gejala mirip corona. Langkah-langkah pencegahan sudah dilakukan oleh pemerintah, mulai dari penyemprotan disinfektan, sosialisasi physiqal distancing, meliburkan sekolah, pembatasan akses, dan sebagainya.

Upaya-upaya tersebut juga tidak akan memberikan kepastian terhadap kondisi Batam dalam beberapa waktu dekat ini, karena memang kondisi diseluruh dunia sedang mengalami ketidakpastian.

Batam memang memiliki sekelumit permasalahan, dimana warganya yang mayoritas menggantungkan hidupnya dalam sector swasta dan industri. Sebagai kota industri, pengelolaannya memang harus sangat sensitive terhadap banyak hal, termasuk pertimbangan keputusan yang harus dilihat dari berbagai efek dan domino, tentu sangat berbeda dengan daerah lain yang bukan kota industri, Batam tentu tidak bisa disamakan dengan daerah lain, kebijakannya tidak bisa didasari pertimbangan seperti yang daerah lain lakukan.
Batam di Hantam Pancorba Batam di Hantam Pancorba Reviewed by Yudi Kita on Maret 31, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.