Kota Batam, dikenal sebagai kota industri,
dijulukinya Batam sebagai kota industri karena diawal terbentuknya Batam tahun
1970an, kota ini memiliki visi sebagai Singapura-nya Indonesia, maka sesuai
Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai
lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan
Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam (BOB)
sebagai penggerak pembangunan Batam, namun kini telah berganti nama menjadi
Badan Pengusahaan (BP Batam).
Kota yang penduduknya
berjumlah 1juta lebih ini memang tidak lagi semenarik dulu ketika Batam menjadi
daerah yang cukup bebas dalam bidang perdagangan, sehingga banyak barang-barang luar negeri masuk secara bebas ke Batam dan kemudian di incar oleh para masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia, saat ini Batam berstatus
sebagai daerah FTZ (Free Trade Zone).
Jika dilihat kondisi
factual, julukan sebagai kota industri tidak lagi cocok untuk Batam, saat ini
banyak sekali industri-industri besar di Batam gulung tikar, dan sesuai visi
misi pemerintahan saat ini, Batam malah ingin dialihkan sebagai kota wisata,
dibandingkan kota industri yang memiliki sekelumit permasalahan yang membuat
Batam mengalami kemunduran.
Kondisi perekonomian
Batam pada tahun 2017 mencapai titik rendah, banyak para pekerja pabrik yang
kemudian terpaksa di PHK, pabrik-pabrik besar tutup, yang juga kemudian berpengaruh
pada banyak sector, seperti perhotelan, tempat hiburan, mall dan lainnya,
karena sepinya Batam.
Jika anda pertama
kali ke Batam, sebelum pesawat landing, jika anda saksikan dari jendela
pesawat, maka yang paling berbeda di Batam adalah struktur tanahnya, tanah di
Batam memiliki warna dominan agar kemerah-merahan, kemudian setelah anda keluar
dari Bandara, maka anda akan melihat tanah di Batam tidak merata, jalan yang
naik turun dan rumah-rumah warga ada yang dibawah dan ada yang diatas, karena Batam
dipenuhi dengan bukit-bukitan yang kemudian digeruk atau digali (cut and fill)
oleh pengembang untuk dibangun perumahan maupun gedung-gedung lainnya, yang
paling menarik lainnya adalah, di Batam tidak memiliki sungai, tapi memiliki
waduk yang cukup banyak, waduk itulah yang kemudian menjadi sumber air untuk
dialiri ke rumah-rumah masyarakat.
Selain itu, bagi
masyarakat daerah lain, Batam juga dikenal sebagai kota pusat perbelanjaan
barang-barang bermerk dan import yang murah, juga dikenal sebagai surga barang
KW atau barang tiruan, mungkin dulunya ia, tapi untuk saat ini, julukan
tersebut sungguh tidak ditemukan kebenarannya lagi. Barang-barang bermerk dan
import yang ada di Batam juga sama dengan daerah lainnya, kecuali barang-barang
seken Singapore, yang masih ada di Batam tapi tidak sebanyak dulu, karena
barang-barang seperti itu sangat dibatasi untuk saat ini di Batam, sedangkan
barang-barang KW juga demikian, tidak ada yang istimewa di Batam terkait
belanja, kecuali belanja barang-barang seken Singapore yang masih ada dalam
stok terbatas, dan harganya pun tidak murah-murah lagi, lokasi perbelanjaan
barang seken Singapore yang terkenal di Batam adalah Pasar Aviari, berada
didaerah Batu Aji.
Kemudian
barang-barang Seken Singapore yang masih banyak beredar lainnya di Batam adalah
berupa Handphone, yang paling laris adalah merk Iphone, untuk ini berada
diseputaran Nagoya, untuk Handphone memang lumayan murah dengan daerah lainnya,
tapi tidaklah signifikan murahnya.
Nah, yang tidak
menarik di Batam adalah, biaya pengiriman barang, jika anda membeli barang
berupa Handphone atau barang elektronik lainnya, anda cukup dibuat ribet untuk
mengirimnya, pertama anda dipersilahkan untuk membayar pajak terlebih dahulu
dan kemudian baru dipersilahkan untuk mengirimkan melalui jasa pengiriman yang
ada di Batam dengan memperlihatkan faktur pajak. Sedangkan untuk pengiriman
berkas dan barang-barang yang berupa pakaian misalnya, anda diwajibkan mengisi
form biodata, ditempat perusahaan jasa pengiriman, form tersebut hampir mirip
dengan form yang anda isi jika berkunjung ke Singapura. Maka anda jangan heran,
jika anda membeli barang elektronik di Batam melalui online, maka biaya
pengiriman dilakukan pukul rata yaitu sebesar 200ribu, tapi saya tidak tahu
mereka menggunakan jasa pengiriman apa, mungkin saja tidak resmi.
Batam saat ini, sudah
barang tidak lagi murah, proses pengiriman dan pengeluaran barang dari barang
cukup ribet, jasa pengiriman sepertinya tidak bisa berkutik atas berbagai
aturan yang ditetapkan oleh pihak otorita Batam maupun Bandara. Saya juga
pernah mencoba mengirim parfum keluar Batam lewat JNE, tapi pihak JNE menolak
karena alasan tidak diterima oleh pihak Maskapai jika barang berupa cairan.
Kemudian mencoba mengirim Handphone/barang elektronik, pihak JNE juga
mempersilahkan membayar pajak terlebih dahulu ke Bea Cukai baru kemudian
fakturnya dibawa ke JNE. Inilah yang tidak menarik di Batam dari sekian
persoalan lainnya, sudah harga barang kadang-kadang lebih murah dari daerah
lain, proses pengiriman pun dipersulit, yang kemudian berdampak pada perokonomian
warga Batam.
Jika anda sudah
berpikir untuk hidup di Batam, maka yang perlu ada ketahui terlebih dahulu
adalah biaya hidup di Batam, untuk biaya kebutuhan makanan dan minuman
sehari-hari, di Batam tergolong tinggi jika di bandingkan dengan daerah Sumatera
lainnya, misalnya Aceh, Medan atau Lampung, apalagi jika membandingkannya
dengan Pulau Jawa, tentuk cukup berbeda, untuk biaya makan di Batam paling
murah kisaran 15.000 untuk sekali makan, minuman botol sekalipun disini
harganya tergolong mahal, apalagi jika anda makan ditempat yang bagus sedikit,
maka harganya bisa membengkak, untuk buah-buahan apalagi, disini buah-buahan
semuanya dihitung dalam jumlah kilogram, jika anda membeli duren, maka duren
itupun ditimbang dulu dan dijual dalam harga per kilogram.
Aneh memang, daerah
FTZ, tapi biaya kebutuhan pokok cukup tinggi, bukan hanya kebutuhan pokok,
bahkan untuk kebutuhan lainnya, seperti pakaian, tas dan lainnya, warga Batam
jika keluar kota seperti Pulau Jawa, pasti memilih belanja disana dibandingkan
belanja di Batam. Kecuali jika ingin berbelanja barang-barang ber merk, orang
Batam cukup mudah menjangkau, yaitu dengan menyebrang ke Singapore atau Johor,
yang jarak tempuh cukup terjangkau. Jika sudah demikian, sebenarnya apa yang
menarik dari status FTZ, paling hanya menguntungkan pihak pengusaha skala
besar, sedangkan harga barang yang beredar dipasar, sama saja dengan daerah
lain, bahkan ada yang lebih mahal.
Nah jika hari libur,
Kota Batam dipenuhi oleh turis Singapore dan Malaysia, mereka biasanya
berbelanja ke Batam dihari-hari libur, selain berbelanja turis-turis ini juga
berburu kuliner, karena bagi mereka, Batam cukup murah dan mudah mereka
jangkau, ya ialah, jika dibandingkan dengan mata uang mereka.
Batam Dalam Kacamata Saat Ini
Reviewed by Yudi Official
on
Maret 06, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: