Dalam sepekan ini, Aceh dihebohkan dengan
berbagai statement para politisi Aceh yang sedang berada dalam kekuasaan,
statement mulai dari mereka mengancam akan
mundur ramai-ramai dari jabatannya, baik yang di pemerintahan eksekutif maupun
legislatif, kemudian statement itu ditanggapi oleh berbagai pihak di Aceh,
termasuk ada yang menanggapi bahwa akan berani loncat dari menara Mesjid Baiturrahman
Banda Aceh jika para politisi umumnya dari Partai Aceh itu merealisasikan
janjinya. Lalu salah satu politisi Partai Aceh kembali menanggapi bahwa ia
berjanji potong jari jika janjinya mundur dari DPR Aceh tidak ditepati.
Begitulah
statement-statement tidak menyehatkan yang dalam beberapa pekan ini bergulir
hangat keranah publik. Sebagian publik malah menjadikan statement tersebut
sebagai guyonan dan hiburan semata.
Statement tersebut berawal
dari persengketaan pilkada yang sedang berlangsung hangat di Mahkamah
Konstitusi (MK). Para politisi Partai Aceh berupaya memberikan tekanan politik
terhadap MK untuk menggunakan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 (UUPA) sebagai
acuan dalam menangani sengketa pilkada di Aceh.
Sejak beberapa tahun ini,
Aceh memang berada pada kondisi yang tidak menyehatkan, perselisihan dan
perbedaan pandangan terus saja terjadi di Aceh tak ada habisnya, sehingga
pemerintah baik eksekutif dan legislatif hanya disibukkan pada hal hal
mengurusi urusan politik mereka semata, dengan melupakan fungsi dasarnya untuk
mensejahterakan rakyat.
Eskekutif disibukkan pada
urusan gonta ganti para kepala SKPA, curiga sana sini dan terus melakukan
kebijakan controversial yang diluar akal sehat, yang kemudian eksesnya adalah
menghambat proses pembangunan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan legislatif
disibukkan pada urusan boikot memboikot, urusan politik dan mempolitisir, serta
disibukkan dengan kepentingan partainya semata, lalu lupa pada tugas tugas
pokok yang sedang mereka emban.
Kembali pada urusan “janji
berjanji”, seperti apa yang dilakukan oleh para politisi di Aceh baru baru ini
juga pernah trend dan dilakukan oleh para politisi Nasional dulunya, sebut saja
Anas Urbaningrum yang pernah sesumbar mengatakan “Satu rupiah saja Anas korupsi
Hambalang, gantung Anas di Monas”,
tapi faktanya kemudian Anas ditahan dan janji gantung dimonas hingga kini tak
juga terpenuhi.
Kemudian lagi, statement
nekat pernah juga dilakukan oleh Habiburokhman yang
menyebutkan "Saya berani terjun bebas dari Puncak Monas kalau KTP dukung
Ahok beneran cukup untuk nyalon”, kemudian diketahui bahwa Ahok mampu
mengumpulkan KTP sesuai dengan persyaratan calon independent untuk Gubernur
Jakarta, tetapi kemudian Habiburokhman tak juga menepati janjinya.
Bahkan penyanyi terkenal
Ahmad Dani juga pernah sesumbar dengan berjanji “potong kelamin jika Jokowi
menang sebagai presiden” melalui twitternya, kemudian Jokowi memenangi Pilpres
2014 dan Ahmad Dani tak juga menepati janjinya.
Bukan hanya politisi
Nasional, politisi dari Aceh, sebelumnya juga pernah beberapa kali mengumbar
janjinya kepada publik yang akhirnya tidak juga ditepati, seperti; Haji
Uma alias Sudirman yang pernah berjanji saat kampanye di didepan ribuan masa
pada saat acara pengukuhan KPPA sagoe kecamatan Syamtalira Aron Aceh Utara
"Perlu diketahui, bahwa saya akan mundur dari calon DPD RI jika bendera
Aceh bintang bulan tidak bisa dikibarkan sebelum pemilu 2014 ini", sampai
kini bendera bintang bulan belum juga berkibar tapi Haji Uma telah betah
diJakarta menikmati kursi DPD RI.
Lalu Iskandar Usman Al
Farlaky, politisi Partai Aceh yang pernah berkokok di gedung paripurna DPR Aceh
saat rapat kerja Fraksi Partai Aceh se Aceh mengatakan “Jika
memang kita sudah sepakat dan siap dengan segala konsekwensi meski harus
mendekam di balik jeruji besi, maka sebelum ayam berkokok pada tahun 2016,
bendera Bintang Bulan harus berkibar di seluruh Aceh”, sekarang ayam sudah
berkokok hingga ditahun 2017, namun bendera tidak juga berkibar dan Iskandar cs
masih bebas menikmati kekuasaannya di DPR Aceh, tidak berada dalam balik jeruji
besi.
Memang selama ini, para politisi local ini
terkenal dengan “sesumbarnya” mereka akan mengatakan apapun untuk kepentingan
sesaatnya, tapi pada kenyataan akhirnya, apa yang pernah dijanjikan dengan
sesumbar itu tidak juga berani dilakukan dan dipenuhi.
Lalu bagaimana akhir dari
lakon politik yang sedang diperankan oleh para politisi dari Partai Aceh ini,
yang beberapa hari ini telah sesumbar dengan berjanji mundur ramai-ramai,
bahkan potong jari, apakah akan dipenuhi janjinya, atau juga bernasib sama
seperti para politisi-politisi nasional dan local yang dulunya juga pernah
sesumbar itu.
Para Politisi Yang Sesumbar
Reviewed by Yudi Official
on
Maret 23, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: