Dulu,,,
waktu masih sekolah di STM aku tak pernah bercita-cita menjadi sarjana, tapi
menjadi Seorang Polisi adalah tujuan ku menamatkan STM kala itu. Disaat aku
sudah mampu meyakinkan kedua orang tua ku beserta juga nenek dan kakek yang
pada mulanya menentang keinginan ku. Tapi apa dikata, Tuhan berkehendak lain, 2
kali menggagalkan harapanku itu disaat aku sudah mulai mempersiapkannya,
terakhir ia memberikan sebuah pelajaran berharga dalam hidupku yaitu “patah kaki”
kecelakaan ketika sedang pergi les kesekolah. Kecelakaan itu pula yang membuat
cita-citaku kandas ditengah jalan. Pasca kecelakaan itu, hidupku tak punya
harapan, putus asa, berontak dengan kenyataan, sampai aku menjadi orang yang
tak punya tujuan hidup.
Disaat itu
pula, aku mulai menjadi liar bahkan sampai pergi dari rumah berbulan-bulan,
tapi tak berlangsung lama, 1,5 tahun kemudian aku mulai merasakan kejenuhan, jenuh
dengan pemberontakan itu. Disaat kejenuhan itu datang, tiba-tiba deringan
telpon dari seorang kawan lama yang menelpon untuk mengajak masuk perguruan
tinggi, tanpa pikir panjang kala itu aku langsung mengangguk perkataannya,
bahkan memilih pula jurusan yang sama dengan yang ia pilih, mendaftarkan
sama-sama, memilih jurusan yang sama, bagiku kala itu yang penting “kuliah”.
Begitu
memasuki perguruan tinggi, perkuliahan dimulai. Satu minggu pertama masuk aku
tak menemukan kawanku didalam ruang kelas, kemudian aku menelpon menanyakan
“kemana ia tak masuk”, jawabannya diluar dugaan, ia tidak jadi melanjutkan
kuliah karena tak mampu membayar biaya kuliah yang dibebankan kepada setiap
mahasiswa baru kala itu. Jawabannya kala itu membuat aku termenung,
“sepertinya aku harus lebih banyak bersyukur”.
Kala kuliah
di S1, tujuanku adalah segera menamatkan kuliah dan bekerja untuk meneruskan
hidup yang lebih baik. Tidak pernah terbisik sedikitpun untuk melanjutkan
pendidikan S2, kala itu. Bahkan kala itu menamatkan kuliah S1 bagiku sesuatu yang paling luar biasa yang harus ku syukuri.
Namun itu
lah hidup, kita boleh saja merencanakan dengan baik dan mengatakan tidak pada
sesuatu yang belum kita inginkan, bahkan meyakini bahwa rencana kita “pasti
akan terwujud”. Rupanya, ketika kuliah di S1 sudah kuselesaikan dengan baik,
muncul pula untuk segera melanjutkan pendidikan ke S2 dan Alhamdulillah saat
ini telah menjadi mahasiswa Pasca Sarjana dan hampir semester 3, dimana paling
lama 1,5 tahun lagi sudah menyandar gelar master dibelakang nama. Aminn.
Saat ini
pula, aku tak punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan S3, harapanku
selesai S2 segera mencari jodoh untuk berumah tangga, membina keluarga yang
bahagia serta mendidik anak yang nantinya mampu berpendidikan melebihi seorang
ayahnya. Sehingga pengalaman-pengalaman buruk ayahnya tidak lagi didapatkan
oleh anak ku.
Tapi itulah
hidup, aku hanya punya rencana dan juga tak punya rencana untuk melanjutkan
pendidikan S3 setelah ini. Tapi siapa tau, jika Tuhan nantinya berkehendak
lain. Seperti apa yang sudah ia lakukan padaku sebelumnya dan aku pun tak
menyangka jika hari ini sedang melanjutkan pendidikan S2.
Itulah
Tuhan, ia selalu punya rencana terbaik untuk kita dan apa yang pernah kusesali
dulunya “disaat Tuhan menggagalkan rencanaku”, saat ini aku menyadarinya, bahwa
inilah yang terbaik dari semua rencana dan kegagalan yang pernah Tuhan lakukan
untukku.
Yakinlah
Rencana Tuhan pasti terbaik.
Berusaha,
Berdoa dan Mensyukuri adalah kuncinya
Disaat Tuhan 2 Kali Menggagalkan Rencanaku
Reviewed by Yudi Official
on
Mei 30, 2016
Rating:
Tidak ada komentar: