Udah lama banget enggak nulis, sejak akhir
tahun 2014 sampai tahun 2015 ini adalah hari hari yang jarang nulis, inspirasi
jarang keluar, otak pun dipenuhi dengan banyak beban yang belum mampu aku control
dengan baik. Sehingga menjadi sebuah masalah yang terus aku tanggung dalam
pikiran, dengan begitu, inspirasi tentang apapun jadi enggak masuk dikepala dan
konsentrasi pun jadi mines, tapi ya mau gimana lagi, padahal banyak banget yang
aku lewati dan bisa aku sampaikan dalam bentuk statement menurut sudut pandang
aku, meski udah nyoba, tapi ya hasilnya enggak maksimal sehingga membuat blog
aku jarang update, apalagi tahun 2015 ini, blog Cuma dipandang doang tanpa
update, aku coba belajar lagi mulai dari awal untuk terus menjadikan blog
sebagai diare aku, sehingga suatu saat nanti ketika aku udah tua, aku bisa
jadikan blog itu sebagai rujukan dan pengalaman ketika aku muda, sehingga
tentang apapun yang aku lakukan terabadikan dalam bentuk tulisan.
Entah kenapa, akhir akhir ini aku enggak
bisa memulai menulis dari mana, padahal disekitar aku banyak banget peristiwa
yang bisa aku curahkan kedalam blog ini, seperti masalah social, politik sampai
pada masalah pribadi aku, tapi tetap aja aku enggak bisa memulainnya lagi
dengan baik. Apalagi baru baru ini aku kembali diterpa musibah yang menggoncang
pikiran dan menjadi beban dikepala aku, aku belum mampu menerima setiap cobaan
yang diberikan oleh Tuhan terhadap aku, tepatnya 1 Muharram atau tanggal 13
Oktober 2015.
Adikku yang baru saja menikah 7 bulan yang
lalu harus pergi selama lamanya akibat penyakit yang ia derita, kepergiannya
bukan hanya sendiri, tapi ia pergi bersama anaknya yang sudah 7 bulan didalam
kandungannya, menurut dokter, anaknya perempuan, artinya aku kehilangan dua
perempuan sekaligus pada hari itu, musibah itu membuat aku terpukul, bukan
hanya aku saja sebagai anak pertama dalam keluarga ku, tapi semua keluarga ku
sangat terpukul menerima kenyataan pahit ini, apalagi ibuku, yang sampai saat
ini masih terisak tangis ketika ia mengingat almarhum.
Perjuangan panjang sakitnya yang sudah
mencapai 3 bulan tak kunjung membaik, keluarga kami saja heran mengapa ia bisa
menderita penyakit itu, padahal dalam sejarah keluarga, tidak ada yang menderita
penyakit tersebut sebelumnya, tapi adik ku itu tiba tiba menderita penyakit
tersebut, yaitu penyakit sesak, yang membuat ia tidak bisa melepaskan tabung
oksigen selama 3 bulan belakangan itu sebelum ia pergi menghadap sang pencipta.
Suaminya pun, tak mampu menahan air mata, karena istrinya pergi begitu cepat
bersama anaknya meninggalkan ia, tapi mau gimana lagi, itu adalah garis yang
sudah ditentukan oleh yang maha kuasa. Sebagai manusia hanya bisa bersabar.
Dibalik kesedihan yang mendalam ini, tapi
aku menyimpan kebahagiaan, karena adikku pergi dengan sebuah senyuman yang
melekat dibibirnya. Aku sampai saat ini tak mampu membayangkan senyuman
terakhir yang ia berikan kepada kami semua, saat aku mengingat senyuman itu,
air mataku pasti akan menetes dan juga saat aku menulis cerita ini, air mata
ini tak dapat ku bendungi saat saat aku memandang adikku yang terakhir kali. Aku
juga bahagia, banyak sekali orang bilang, ia pergi dengan baik, apalagi
kepergiannya bukan seorang diri, tapi bersama anaknya yang masih dalam kandungan,
apalagi ia pergi dihari baik pula, yaitu pada 1 muharram tepatnya pukul 13.30
Wib dirumah sakit Umum Daerah Zainal Abidin.
Jika aku merindukan adikku, yang aku ingat
adalah senyuman terakhir yang ia berikan kepada kami semua. Sebenarnya aku juga
sangat merindukan ia, ketika ia sehat, dia adalah tempat aku curhat, meski aku
abangnya, tapi ia selalu menasehati aku jika bicara tentang perempuan, ia
selalu menjadi tempat aku mengetahui segala persoalan perempuan, yang paling
aku ingat nasehat dia adalah “Bang, Jangan pernah mainin Cewek, karena adik
abang juga Cewek, Hukum karma itu berlaku” nasehat itu sudah ia berikan ketika
aku masih kuliah disemester awal dan masih tersimpan dibenak aku hingga kini,
nasehat tersebut sebenarnya yang membuat aku selalu serius jika memulai
hubungan dengan perempuan.
Dia adalah adik perempuan yang amat sempurna
bagi aku, meski abangnya memiliki sifat cuek, tapi ia selalu perhatian terhadap
abangnya, ia mengerti betul tentang karakter abangnya, sehingga selama ia masih
hidup kami tidak pernah bertengkar.
Sudahlah aku tak mampu lagi menceritakannya,
karena jika aku mengingatnya, selalu saja air mataku berceceran dan tak mampu
ku bendung, meski dimana saja dan kapan saja. Semoga ia tenang disana bersama
anaknya dan ditempatkan disurga yang terindah oleh yang maha kuasa.
Selamat
jalan adikku “Sri Wahyuni MN”
Engkau
tak akan pernah tergantikan
Selamat Jalan Adikku
Reviewed by Yudi Official
on
Oktober 25, 2015
Rating:
Tidak ada komentar: