Banda Aceh sebagai ibu kota
Provinsi Aceh tentu paling menarik disetiap perhelatan hajat demokrasi 5
tahunan itu, begitu juga dengan hajatan pemilihan Walikota periode 2017-2022
nantinya, meski
pemilihan Walikota masih tergolong lama, tapi desas desus pesta demokrasi itu
telah dimulai sejak bulan ini, bahkan bukan hanya pemilihan Walikota/Bupati
saja yang sudah hangat, Pemilihan Gubernur pun lebih hangat, mengingat sudah
ada beberapa calon yang mulai muncul dan menyatakan kesiapannya bertarung dalam
pesta demokrasi 2017 nanti. Namun kali ini kita tidak akan membahas siapa
sosok paling ideal memimpin Aceh kedepan, tapi kali ini kita akan membahas,
siapa sebenanya sosok paling ideal untuk memimpin Ibu Kota Provinsi Aceh untuk
satu periode kedepan, mengingat Banda Aceh adalah merupakan Ikonnya sebuah
Provinsi Aceh.
Bicara
ideal, memang sulit untuk kita ukur, seberapa ideal dari tokoh tokoh politik
yang muncul selama ini dan mengarah pada kesiapan dirinya untuk maju dalam
pilkada pemilihan Walikota Banda Aceh nanti pada tahun 2017, berbeda dengan
Pemilihan Gubernur yang sudah beberapa diantaranya para bakal calon sudah
menyatakan kesiapannya untuk maju, sedangkan untuk Walikota Banda Aceh sampai
saat ini belum ada yang menyatakan kesiapannya secara publik untuk maju pada
pemilihan Walikota. Meski begitu, beberapa nama semakin senter dibicarakan oleh
masyarakat kota dan diperkirakan akan bertarung nantinya, bahkan ada yang sudah
berkonsolidasi meski belum mendeklarasikan diri.
Nama
Nama yang saya sebutkan disini merupakan sosok yang tidak asing lagi bagi
masyarakat Kota, apalagi mengingat mereka juga pernah bertarung pada pemilihan
walikota 2012 silam. Dalam penghematan penulis, panggung politik dalam
pemilihan walikota 2017 nantinya hanya dimiliki oleh 3 sosok tersebut yaitu
Illiza Sa’aduddin Djamal, Teuku Irwan Djohan dan Aminullah Usman.
Dalam
pemilihan Walikota 2012 silam, Alm. Mawardy Nurdin yang berpasangan dengan
Illiza Sa’aduddin Djamal memang keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara
43,44%, sedangkan Aminullah Usman yang berpasangan dengan Tgk Muhibban memperoleh
dukungan sebanyak 32,91% yang kemudian disusul oleh Teuku Irwan Djohan yang
berpasangan dengan T. Alamsyah dengan suara 15,39%.
Akhir-Akhir
ini, mereka dikabarkan sedang menggalang kekuatan untuk kembali maju dalam
pilkada tahun 2017 nantinya, kemungkinan besar tidak lagi berpasangan
sebagaimana pada tahun 2012 silam, sehingga pilkada 2017 di Kota Banda Aceh
akan menjadi sangat menarik untuk ketiga sosok tersebut, apalagi Illiza
Sa’aduddin Djamal yang nantinya diperkirakan kembali maju sebagai incumbent
dengan kekuatan politik yang sudah jauh berbeda dibandingkan tahun 2012 setelah
ditinggalkan oleh Alm. Mawardy Nurdin.
**
Siapa Illiza Sa’aduddin
Djamal..?
Ia
adalah sosok Walikota perempuan paling terkenal di Aceh, mengingat sepak
terjangnya dalam dunia politik sudah sangat matang. Illiza sudah menjadi
Anggota DPR sejak tahun 2004, yang kemudian terpilih menjadi Wakil Walikota
pada tahun 2007 berpasangan dengan Alm. Mawardy, kemudian pada tahun 2012 ia
kembali maju bersama Alm. Mawardy Nurdin, juga kembali terpilih sebagai Wakil
Walikota, namun pada tahun 2014, Mawardy Nurdin meninggal dunia akibat penyakit
yang dideritanya sehingga mengantarkan Illiza menjadi Walikota menggantikan
Mawardy hingga sekarang.
Illiza
adalah sosok Walikota yang dikenal sangat dekat dengan akar rumput masyarakat
kota, apalagi ia dikenal konsen terhadap penerapan syariat Islam, meski
mendapat kritik tajam dari banyak pihak, tapi selalu saja tokoh masyarakat
terutama para tokoh agama berada dibelakangnya untuk terus mengsupport kebijakan-kebijakan
walikota tersebut, meski beberapa kali terjadi controversial dan mendapat
sorotan dari Negara lain, tapi tetap saja sang Cut Nyak Dhien era modern ini
kukuh terhadap sikapnya dalam upaya menerapkan syariat Islam.
Selama
ia memimpin Kota Banda Aceh, kebijakannya beberapa kali mengundang
controversial diantaranya adalah Pemotongan Rambut anak-anak Punk yang kemudian
dibawa ke SPN Seulawah sehingga memunculkan reaksi dibeberapa negara dan baru
baru ini tentang Jam malam bagi perempuan serta banyak kebijakan lainnya yang
mendapat sorotan tajam dari public. Meski begitu, dibawah kepemimpinannya dan
juga ketika ia bersama Alm. Mawardy Nurdin juga tak dapat dipungkiri telah
banyak sekali mengumpulkan segudang penghargaan baik dari Negara asing maupun
dari pemerintah pusat, yang paling rutin hingga saat ini Kota Banda Aceh
dibawah kepemimpinan Illiza maupun Alm. Mawardy Nurdin telah mendapatkan piagam
penghargaan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Kementerian Keuangan
RI selama 7 tahun berturut-turut sejak tahun 2007 dan banyak lagi segudang
penghargaan yang telah Kota Banda Aceh dapatkan dibawah kepemimpinannya.
Meski
begitu sang Bunda panggilan akrab untuk Illiza, dikenal sebagai sosok anti
kreatifitas anak muda, entah benar hal tersebut, atau memang hanyalah isu
politis yang kemudian dikemas oleh para lawan-lawannya untuk mewujudkan image
tersebut, saya belum menemukan kebenarannya terhadap opini tersebut.
Yang
saya pahami ialah, sejak ia menjadi Wakil Walikota sampai saat ini ia telah menjadi
Walikota, Illiza adalah sebagai sosok yang sangat tegas dan tidak berkompromi
terhadap hal hal yang bertentangan dengan syariat, serta ia juga menjadi Wakil
Walikota maupun Walikota yang paling konsen menerapkan syariat Islam
dibandingkan Walikota/Bupati lainnya di Aceh. Itu terbukti dengan masih
berjalannya aktivitas Dinas Syariat Islam dibandingkan dengan kabupaten/kota
lainnya di Aceh.
**
Siapa Teuku Irwan Djohan..?
Bagi
kalangan anak muda Kota Banda Aceh, nama Irwan Djohan tidaklah menjadi asing lagi,
sang politisi muda ini dikenal sangat santun dan bijak dalam setiap ucapannya,
sang politisi yang aktif dalam berbagai media social ini memang dikenal sebagai
sosok paling dekat dengan anak muda kota. Ia masih saja aktif di media social
sampai hari ini meski telah menyandang status sebagai Wakil Ketua DPR Aceh.
Kedekatannya dengan anak muda jelas terlihat jika kita bertandang kekantornya
di DPR Aceh, selalu saja hampir setiap hari ia menerima tamu dari kalangan anak
muda dengan berbagai komunitas untuk curhat kepadanya sebagai wakil rakyat
terhadap berbagai problem social masyarakat yang sedang dan akan anak muda
hadapi. Bagi anak muda, Irwan Djohan sebagai inspirator mereka, apalagi
berbagai aktivitas anak muda selalu saja didukung dan disupport oleh wakil
rakyat tersebut.
Nama
Irwan Djohan mulai muncul sejak ia bertarung memperebutkan kursi Walikota pada
tahun 2012 silam, dimana saat itu hanyalah pasangan mereka yang menggunakan
mesin (tim sukses) anak muda dari berbagai komunitas. Sehingga nama Irwan
Djohan melambung tinggi saat itu dan mampu meraih 15,39% suara. Posisi ketiga
yang ia dapatkan merupakan posisi yang amat tinggi pada saat itu, mengingat
nama Irwan Djohan saat itu belum lah dikenal didalam kalangan warga kota.
Irwan
Djohan adalah Putra kedua dari Alm. Mayor Jenderal H. Teuku Djohan dan Hj. Cut
Ubit. Almarhum ayahnya pernah menjabat beberapa jabatan penting di Aceh,
seperti Kepala Staf Kodam (Kasdam) Iskandar Muda, Wakil Gubernur Aceh, dan
Ketua DPR Aceh, hingga anggota MPR-RI mewakili Aceh. Pria lulusan Teknik
Arsitektur dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini adalah
juga berprofesi sebagai pengusaha media.
Caranya
berpolitik dimulai dari pencalonan Walikota 2012 silam, hingga ia menjadi Wakil
Ketua DPR Aceh hingga saat ini tidak ada yang berubah darinya, ia masih saja
sebagai sosok yang dekat dengan kalangan anak muda dan aktif dalam berbagai
media social, juga inspirator bagi kalangan anak muda.
Kehadiran
Irwan Djohan dalam pertarungan pemilihan Walikota pada tahun 2017 nantinya akan
menarik perhatian berbagai kalangan, terutama anak muda dan juga warga kota
yang jenuh terhadap kepemimpinan Walikota sekarang. Sosok Irwan Djohan
diperkirakan akan menjadi saingan paling berat bagi kedua calon yang saya
sebutkan disini untuk memenangkan kursi Walikota tersebut.
Namun
kelemahan dari sosok Irwan Djohan ini adalah, ia tidak memiliki basis akar
rumput, sehingga jika Irwan Djohan tidak memperlebar komunikasi politiknya,
terutama dengan tokoh masyarakat gampong dan tokoh agama, akan sulit kembali
mengalahkan Illiza dan Aminullah pada pilkada 2017 mendatang. Mengingat Illiza
dan Aminullah sampai saat ini masih memiliki basis yang pasti dan mampu
memenangkan pilkada 2017.
**
Siapa Aminullah Usman..?
Ia
adalah sosok yang tidak asing lagi terutama bagi kalangan Karyawan Bank Aceh,
Aminullah adalah mantan Direktur Utama Bank BPD Aceh, selama sepuluh tahun
(2000-2010), kepemimpinanya dalam mengelola Bank Aceh diakui oleh banyak orang
dan meraih berbagai penghargaan di tingkat nasional. Selama ia memimpin Bank
BPD yang saat ini menjadi Bank Aceh, ia mampu Meningkatkan total asset PT Bank
BPD Aceh dari Rp 660 Miliar menjadi Rp 13 Trilyun, mengembangkan PT Bank Aceh
dari 35 Kantor menjadi 101 kantor, Menampung tenaga kerja dari 468 sumberdaya
manusia menjadi 1.650 dan Predikat Unqualified Opinion sembilan tahun berturut.
Bang
Carlos sapaan akrab Aminullah Usman ini aktif dalam berbagai organisasi
terutama sepak bola, ia juga menduduki jabatan penting dalam berbagai
organisasi. Aminullah yang tinggal di Punge ini diperkirakan akan kembali maju
dalam pesta demokrasi 2017 mendatang, meski mesin politiknya belum jelas, namun
gerak gerik dari Aminullah ini sudah terlihat mengarah pada tujuannya untuk
kembali mencalonkan diri sebagai Walikota Banda Aceh.
Sosok
Aminullah ini memang dikenal oleh berbagai kalangan, baik anak muda maupun
tokoh masyarakat, ia dekat dengan berbagai kalangan, sehinga menjadi modal bagi
dirinya untuk tidak membuka kran blog-blog komunitas dalam dunia pergaulannya.
Ia yang maju pada pilkada 2012 silam mampu meraih 32,91% suara yaitu
posisi kedua, menjadikan dirinya peluang yang amat besar untuk terpilih pada
pilkada 2017 mendatang. Apalagi saingannya pada 2012 silam adalah Mawardy
Nurdin dan Illiza Sa’aduddin Djamal, sedangkan Mawardy Nurdin telah meninggal
pada tahun 2014 silam, tentu kepergian Mawardy Nurdin menjadikan kekuatan
politik Illiza melemah, image pemerintahannya pun merosot tajam.
Masyarakat
lebih melihat keberhasilan Alm. Mawardy Nurdin dibandingkan Illiza, sehingga
kondisi tersebut menguntungkan Aminullah untuk memenangkan pilkada 2017
nantinya. Dalam kampanyenya 2017 mendatang, Aminullah punya nilai tawar yang
bisa dimanfaatkan untuk kampanye, mengingat ia saat ini bukanlah pejabat public
seperti kedua nama yang saya sebutkan yaitu Illiza Sa’aduddin Djamal (Walikota
Banda Aceh) dan Teuku Irwan Djohan (Wakil Ketua DPR Aceh). Jika ia mendesain
sebuah Visi Misi tentu lebih mudah dibandingkan dengan kedua calon lainnya, ia
tidak terikat janji yang belum terpenuhi kepada masyarakat.
***
Pemilihan
Walikota Banda Aceh periode mendatang memang masih sangat lama, yaitu April
2017, namun desas desus terhadap siapa-siapa saja yang akan bertarung dalam
pesta demokrasi tersebut sudah sangat hangat. Dalam hemat penulis, ketiga nama
yang di sebutkan diatas menjadi sosok sosok yang amat diperhitungkan dalam
hajatan 5tahunan itu, namun jika kemudian muncul nama nama lainnya, dapat
diperkirakan hanya akan menjadi bumbu bumbu demokrasi yang kemudian dianggap
sebagai pelengkap dari setiap hiburan rakyat 5tahunan itu.
Lalu
muncul pertanyaan, Siapakah pilihan warga kota dari ketiga sosok tersebut?,
pertanyaan tersebut hanya akan terjawab usai pesta demokrasi 5tahunan itu
dilaksanakan, tidak ada yang mampu menjawab dengan kepastian, karena mengingat
semua punya peluang untuk menang.
Dan
ketiga sosok tersebut, sama sama memiliki kelemahan dan kelebihan, yang jika
disatukan akan memberikan manfaat bagi warga kota untuk membangun sebuah
peradaban. Mereka memang sosok sosok ideal untuk dijadikan pemimpin kota pada
periode mendatang.
Bicara
tentang peradaban, saya teringat kembali debat kandidat Calon Walikota Banda
Aceh pada tahun 2012 silam di Hotel Hermes Palace, waktu itu sang Calon
Walikota nomor urut 5 TB Herman sempat menyinggung “Bagaimana kita
membangun sebuah peradaban, jika perut masih kosong”.
Semoga
saja yang terpilih dalam pemilihan Walikota Banda Aceh tahun 2017 mendatang,
mampu mengisi perut Warga Kota dan sekaligus membangun sebuah peradaban yang
didambakan oleh masyarakatnya.
Tulisan ini telah dipublikasi dalam
Media LINTASNASIONAL.COM pada 06 November 2015
Siapa Pemilik Kursi Walikota Banda Aceh 2017-2012..?
Reviewed by Yudi Official
on
November 07, 2015
Rating:
Tidak ada komentar: