Pilkada di Aceh akan berlangsung
di awal tahun 2017, diwaktu yang sudah dekat itu menyebabkan konstelasi politik
di Aceh jadi tidak menentu dan itu sudah jadi budaya 5 tahunan. Dukung
mendukung jadi faktor utama penyebab dari keadaan itu dan itu akan terus
berlangsung sampai pesta dimaksud selesai terlaksana. Efek yang ditimbulkan
dari pesta tersebut adalah perubahan iklim tatanan sosial kehidupan
bermasyarakat, timbullah kelompok pihak kalah dan kelompok pihak yang menang,
bahkan sindir menyindir usai pesta demokrasi tersebut antar pendukung tak dapat
dihindarkan. Namun perihal tersebut
tidaklah berlangsung lama, kisaran waktu antara 1 sampai 2 tahun kemudian akan
kembali normal. Pihak yang menang akan kembali merasa ditinggalkan oleh calon
yang sudah mereka dukung sehingga muncul kekecewaan sedangkan pihak yang kalah
hanya menunggu kedepan siapa yang akan mereka dukung lagi.
Di Aceh, pada pilkada 2017 sudah
muncul banyak tokoh tokoh yang menyatakan kesiapannya untuk maju memperebutkan
kursi nomor 1 di Aceh. Ada yang secara gamblang menyatakan kesiapannya untuk
maju dan sudah mulai bekerja untuk pemenangan, ada pula yang kesiapan majunya
dimunculkan dengan dorongan tim dalam hal ini disebut dengan kata “masyarakat”
namun dibelakang itu mereka juga sudah mulai bekerja. Tokoh tokoh yang saat ini
muncul ke publik sebagai Calon Gubernur Aceh yaitu diantaranya Muzakir Manaf,
Zakaria Saman, Irwandi Yusuf, Tarmizi Karim, dan beberapa tokoh lainnya.
Diantara tokoh tokoh yang muncul
tersebut, hanya Muzakir Manaf yang saat ini terlihat kepublik sudah bekerja
keras dan mengumpulkan dukungan partai lokal maupun partai nasional untuk
mendukungnya sebagai Calon Gubernur Aceh periode 2017-2022, bahkan beberapa
diantaranya, partai sudah menyatakan kesiapannya mendukung Muzakir Manaf untuk
maju pada pilkada 2017 nantinya. Sedangkan tokoh lainnya saat ini masih sulit
mendapatkan dukungan partai politik, memang terlihat sekarang mayoritas partai
politik sudah merapat ke Muzakir Manaf saat ini, namun perihal tersebut masih
saja dapat berubah dan tergantung komunikasi politik yang dijalankan oleh para
calon calon tersebut.
Seperti diketahui, politik adalah
tentang kekuasaan dan kepentingan, jika segala kekuasan dan kepentingan
terpenuhi maka bukan tidak mungkin semua akan dapat berubah dalam detik
terakhir sesuai dengan keinginan dari partai politik itu sendiri, maka dari itu
para politisi menyebutnya bahwa “politik itu dinamis”, yang dikatakan tidak
mungkin bisa menjadi mungkin.
Pilkada 2017 ini memang menjadi
pertarungan menarik bagi Aceh. Mengapa demikian ?, Muzakir Manaf yang saat ini
menjabat Wakil Gubernur mendampingi Zaini Abdullah dianggap sebagai
pemerintahan gagal, gagal dalam artian tidak mampu mengimplementasikan banyak
janjinya terhadap masyarakat Aceh, bahkan di era kepemimpinan mereka saat ini
banyak timbul konflik di Aceh, seperti kembali mencuatnya isu pemekaran Ala
Abas, Din Minimi dan berbagai deretan konflik mantan GAM lainnya, padahal
perihal demikian tidak timbul dibawah kepemimpinan Irwandi Yusuf dan Muhammad
Nazar ketika itu.
Namun Muzakir Manaf, 2 tahun
sebelum kepemimpinannya berakhir sudah menyatakan kesiapannya kembali maju
sebagai Calon Gubernur Aceh pada pilkada 2017 dan saat ini didukung oleh
mayoritas partai politik.
Maka dari itu, Pilkada 2017 ini
menjadi menarik. Karena dengan berbagai problem yang tidak terselesaikan dan
tidak mampu diselesaikan dibawah kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.
Apakah masyarakat Aceh kembali mempercayakan Muzakir Manaf untuk menjadi
Gubernur Aceh periode 2017-2022. Karena spekulasi yang muncul dari berbagai
kalangan di Aceh, Muzakir Manaf dianggap sebagai calon terkuat dalam kontes
politik pilkada 2017 nantinya.
Bahkan, majunya Muzakir Manaf
malah menciutkan banyak tokoh untuk maju sebagai calon Gubernur Aceh pada tahun
2017. Ada pula isu yang lebih ekstrim beredar yaitu “siapapun bisa maju sebagai calon Gubernur, tapi kursi Gubernur tetap
milik Muzakir Manaf”.
Kemudian apa yang menjadi dasar atau faktor masyarakat Aceh menentukan pilihannya pada seorang pemimpin. Fanatisme terhadap simbol, Fanatisme terhadap sosok, Intelektual, atau siapa yang bayar ?
Pilkada 2017 Di Aceh
Reviewed by Yudi Official
on
Januari 05, 2016
Rating:
Tidak ada komentar: