Pemilihan presiden
Indonesia pada tahun 2014 akan segera berlansung, pemilihan yang telah di
jadwalkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 09 Juli mendatang tersebut
telah mencuat beberapa nama Capres yang di usung oleh berbagai partai yang
suaranya pada Pileg lalu berada pada peringkat atas, sebut saja dari PDIP yang
saat ini menurut hasil quick qount berada pada posisi pertama mengusung Capres
Jokowi, kemudian disusul Golkar yang berada pada posisi kedua mengusung Abu
Rizal Bakrie dan kemudian Gerindra yang berada pada posisi ketiga mengusung
Prabowo Subianto. Sedangkan partai peringkat ke 4 sampai seterusnya mulai
mengundurkan diri sebagai pengusung Capres, seperti Demokrat yang berada pada
posisi ke 4, meski sedang melakukan Konvensi Capres namun diprediksi tidak akan
mampu mengusung capres sendiri dengan membentuk poros lain, meski sempat di
isukan beberapa hari lalu bahwa akan ada pembentukan koalisi Partai Islam,
itupun diprediksi sulit terbentuk, apalagi melihat saat ini beberapa partai
islam mulai merapat ke Partai yang sudah mengusung Capresnya sendiri seperti
PKB yang merapat ke PDIP dan PKS yang merapat ke Gerindra.
Sedangkan SBY yang
di andalkan untuk membentuk poros baru atau disebut poros ke 4 ini juga tidak
banyak melakukan langkah manuver untuk mengajak partai partai lain agar segera
membentuk poros tersebut, sikap SBY yang masih diam juga masih sulit diprediksi
akan menjadi partai oposisi, membentuk poros baru atau bergabung dengan partai
yang sudah mengusung capres.
Jokowi sebagai
Capres yang diusung oleh PDIP, memang seorang Capres yang paling fenomenal
dibandingkan Capres Capres lainnya, banyak tokoh tokoh politik yang memberi perhatian
khusus buat capres ini. Mulai sebelum di usung secara resmi oleh PDIP maupun
setelah di usung dan dideklarasi secara resmi oleh PDIP merupakan capres yang
paling banyak diperbincangkan oleh berbagai kalangan, mulai dari para politisi,
masyarakat, media sosial maupun media massa.
Kemudian setelah hasil
pileg pada tanggal 09 April lalu suara PDIP tidak sesuai dengan target partai
maupun hasil hasil survei para lembaga survei yang menyatakan jika Jokowi di
usung sebagai Capres maka mampu mendongkrak suara PDIP mencapai 30%, ternyata
setelah pileg suara PDIP hanya mampu mencapai 19,77% menurut hasil quick qount Lembaga Survei
Indonesia (LSI). Hasil yang didapatkan oleh PDIP tentu menjadi bahan tertawaan
bagi para lawan politiknya, karena di anggap Jokowi hanya dibesar besarkan oleh
media.
Saat ini yang telah
mendekati pemilihan presiden pada 09 Juli mendatang membuat isu semakin
memanas, apalagi Capres yang paling mencuat saat ini adalah Jokowi yang diusung
oleh PDIP berkoalisi dengan NasDem dan PKB, sedangkan Prabowo yang diusung oleh
Gerindra berkoalisi dengan PKS dan diprediksi juga bakal menggandeng Golkar.
Elektabilitas Jokowi
sebagai Capres semakin hari semakin menurun, sedangkan Elektabilitas Prabowo
semakin hari semakin meningkat. Fenomena yang kita lihat saat ini adalah
gerakan media sosial yang dilakukan oleh kader kader Gerindra dan PKS secara
masif mengupdate pemberitaan negatif terhadap Jokowi, misalnya ada pihak gereja
pun yang tidak mendukung pencapresan Prabowo juga dihubung hubungkan dengan
Jokowi. Bahkan pemberitaan tentang Jokowi Antek Asing, Jokowi Boneka Megawati,
Jokowi Tidak Bisa Shalat, Jokowi Tidak Bisa Wudhu, Jokowi Tidak Jadi Imam
Shalat, Jokowi Bakal Jual Aset Negara seperti yang dilakukan Megawati dulu. Semua pemberitaan
itu di upload secara masif oleh kader kader partai yang mendukung Prabowo
sebagai Capres, bahkan jika ada salah satu orang yang menghujat prabowo itu di
anggap sebagai tim Jasmev (Jokowi Advanced
Social Media Volunteers) salah satu tim Jokowi yang melakukan publikasi
tentang sosok Jokowi, padahal jika kita mau berpikir secara realistis dan akal
sehat itu belum tentu dilakukan oleh Jasmev, karena siapapun bisa melakukan
itu.
Sejak media sosial
secara masif di upload pemberitaan negatif tentang Jokowi oleh kader kader
partai yang mendukung pencapresan Prabowo, elektabilitas Prabowo makin
meningkat dan hampir menyamai elektabilitas Jokowi, padahal hasil survei yang
dilakukan jauh hari sebelum pileg, elektabilitas Prabowo jauh rendah dibanding elektabilitas
Jokowi. Sedangkan elektabilitas Prabowo masih terganjal pada masa lalunya
sebagai Mantan Jenderal Kopasus yang di anggap Jenderal pelanggaran HAM oleh
para aktivis. Meski para kader kader Gerindra membatan keras terhadap isu
tersebut, tapi para aktivis penggiat HAM tetap saja berada pada argumennya.
Tapi siapakah yang
akan keluar sebagai pemenang yang akan menjadi Presiden Indonesia selanjutnya,
Jokowi atau Prabowo, tentu yang itu adalah pilihan rakyat, rakyat lah yang
menentukan siapa yang terbaik memimpin Indonesia, saya meyakini kedua duanya
punya kelebihan dan kekurangan, juga punya niat baik untuk merubah dan
menjadikan masa depan Indonesia lebih baik.
Sebagai masyarakat
cerdas yang akan memberikan hak politiknya untuk memilih pemimpin Indonesia
tentunya kita tidak boleh hanya mengandalkan pemberitaan demi pemberitaan yang
dilakukan secara politis oleh para orang orang yang punya kepentingan, kita
harus pintar membaca segala situasi dan tujuan para capres sebelum menentukan
pilihan kita, karena ini adalah masa depan kita dan masa depan bangsa kita.
Kita tidak boleh
hanya mengandalkan pemberitaan bahwa Jokowi Antek Asing, Jokowi Boneka
Megawati, Jokowi Tidak Bisa Shalat, Jokowi Tidak Bisa Wudhu, Jokowi Tidak Jadi
Imam Shalat, Jokowi Bakal Jual Aset Negara seperti yang dilakukan Megawati dulu
Sedangkan Prabowo Jenderal
pelanggaran HAM, Jenderal arogan, Sombong.
Pemberitaan itu
tidak bisa kita telan mentah mentah yang kemudian kita jadikan sebagai
referensi untuk kemudian kita tentukan pilihan kita, karena yang melakukan itu
juga punya tujuan politis masing masing, kita sebagai pemilih mari kita lihat
dengan bijaksana. Kemudian dengan mengucap Bismillah tentukankan pilihan kita sesuai hati
Jokowi Dihancukran Oleh Media Sosial
Reviewed by Anonim
on
Mei 06, 2014
Rating: