Menyikapi tahun 2013 sebagai tahun politik
berbagai fenomena aneh terjadi pada dinamika perpolitikan khususnya di Aceh,
dari mulai ancam mengancam, pengrusakan, jelek menjelekkan sampai pada kekerasan
seperti perkelahian antar partai lain bahkan sesama partai maupun pengurus. Perebuatan kekuasaan
dan merasa diri paling benar
menjadi dasar terjadi hal seperti di atas. Etika dan kesantunan tidak lagi
menjadi dasar sebagai bagian dari cara berpolitik sebagaimana negara negara
demokrasi lainnya melaksanakannya. Mengeluarkan pendapat atau membela diri
dengan kekerasan jauh lebih terdengar dibandingkan dengan menyuarakan pendapat
melalui jalur jalur musyawarah dan ketika perkelahian sudah terjadi, barulah
ada perangkulan pihak pihak yang merasa dirugikan atau pihak yang berkelahi
tadi, hal ini selalu terjadi berulang ulang dan media pun hanya bisa
memberitakan “pihak adu jotos sudah berdamai”. Berita seperti itu telah menjadi
kebiasaan sebagai konsumsi publik dan masyarakat pun hanya mampu menghujat atau
mengatakan alhamdulillah mereka damai.
Apa sebenarnya
yang menjadi dasar mereka melakukan perkelahian antar sesama, yang bahkan
dulunya merupakan seperjuangan dengan mati-matian membela bangsanya untuk tidak
ditindas oleh mereka yang tidak sebudaya dengan kita. Bahkan hal ini bukan saja
terjadi satu dua kali, akan tetapi telah terjadi berulang ulang kali dan telah
menjadi konsumsi masyarakat Aceh.
Apakah dasar
mereka melakukan perkelahian karena merasa dirinya paling benar atau karena
alasan kekuasaan yang tidak memihak kepada mereka atau karena kekuasaan
membutakan hati mereka. Jika begitu alasannya dalam perspektif saya tentu tidak
benar, karena banyak partai yang juga saling memperebutkan keuasaan namun
jarang terdengar perkelahian antar sesama pengurus partai.
Dalam perspektif
saya, dasar mereka melakukan perkelahian adalah karena kurangnya intelektual para
anggota atau kader partai sehingga arogansi para anggota lebih dikedepankan
dari pada solusi atau musyawarah dalam setiap masalah yang dihadapi partai. Otak
dengkul atau mengutamakan fisik dalam setiap penyelesaian masalah adalah
menjadi kebiasaan para partai yang kadernya tidak memiliki pendidikan atau
intelektual. Sudah saatnya para partai memperhatikan pendidikan kadernya, agar
kekerasan dan kontak fisik semakin dapat dihindarkan.
Partai Otak Dengkul
Reviewed by Anonim
on
Desember 23, 2013
Rating: