Ya
benar, bahwa pendukung Anies-Sandi akan selalu disibukkan dengan klarifikasi
dan pembelaan terhadap Gubernur yang telah didukungnya secara mati-matian dan
sekalipun Anies-Sandi kedepannya bakal lebih banyak menghabiskan waktu untuk
mengklarifikasi terhadap segala tindakan dan pernyataannya yang menghasilkan
blunder ditengah public.
Tapi
ingat, faktor utama Anies-Sandi bakal dibully terus adalah karena mereka
sendiri yang telah membakar bara api dan memulainya, saat Ahok berkuasa, mereka
menghabiskan waktu dengan secara terus menerus membully Ahok dengan berbagai
cara dan isu, seperti isu Agama, Ras dan tindakan rasisme serta provokatif yang
menjadikan Jakarta terbagi dalam dua kubu besar dan Anies-Sandi dianggap masuk
dalam kubu yang membully Ahok kala itu, meski Anies pernah menyentil Prabowo
berulang kali ketika pelaksanaan Pilpres, sebab Anies berada dikubu Jokowi.
Bahkan bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk seluruh Indonesia, rakyat terbelah
dalam dua kubu besar, pendukung Anies-Sandi adalah pendukung Prabowo, begitu
pula dengan pendukung Ahok adalah sebagian besar pendukung Jokowi, meski ada
sebagian pendukung Jokowi tidak mendukung Ahok dan begitu pula pendukung
Prabowo.
Ingat,
Ahok dibully bukan hanya soal kelancangan lidahnya mencampuri urusan Agama yang
tidak dianutnya, tapi jauh sebelum itu Ahok memang sudah dibully dengan terpaan
berbagai macam isu negatif terhadapnya.
Ingatan
saya masih segar, ketika Jokowi terpilih sebagai Presiden dan dengan otomatis
berdasarkan undang-undang, Ahok bakal dilantik sebagai Gubernur menggantikan
Jokowi, saat itu goyangan terhadap Ahok semakin kental, sebagian komunitas yang
mengatasnamakan warga Jakarta melakukan penolakan terhadap Ahok, bahkan hingga
muncul Gubernur tandingan.
Ingatan
saya juga masih segar, Jokowi dan Ahok yang tak mengenal Kota Jakarta. Jokowi
yang merupakan Walikota Solo periode kedua, saat itu mendapatkan kemenangan
telak dari lawannya, tak berselang lama dari itu, Prabowo meliriknya untuk
berangkat ke Jakarta, saat itu pula Ahok yang tak mengenal Jakarta juga dibujuk
untuk berangkat ke Jakarta, yang akhirnya mempertemukan dua sosok paling
fenomenal dalam kancah politik tanah air, yaitu Jokowi-Ahok yang kemudian
diusung oleh partai utama PDIP dan Gerindra.
Hingga
kemudian mereka berdua menjadi musuh bebuyutan Gerindra. Jokowi menjadi musuh
paling menyakitkan atas kekalahan Prabowo pada pilpres tahun 2014 silam,
kekalahan tersebut bukan hanya ia menjadi pecundang, tapi kekalahan yang paling
memalukan baginya, karena dikalahkan oleh orang yang pernah ia besarkan,
istilahnya ia dikalahkan oleh anak muridnya. Makanya hingga sekarang Jokowi
terus diterpa berbagai isu negatif mulai dari PKI, Chinaisme, Antek Asing dan berbagai isu
lainnya yang tidak dapat dibuktikan. Tujuan utama tentu untuk menggagalkan
pemerintahan Jokowi, sebab mereka masih memiliki libido yang tinggi untuk
merebut kekuasaan tersebut ditahun 2019, karena jika ditahun 2019 juga Prabowo
masih kalah dengan anak bauk kencur, maka itu adalah aib yang paling
menyakitkan dan memalukan sepanjang sejarah politik Indonesia, karena ia hanya
menjadi Capres Abadi.
Lalu
apa puncak permasalahan Prabowo (Gerindra) dengan Ahok sehingga ia dijadikan
musuh berbuyutan, ya permasalahan mereka adalah saat Ahok memutuskan keluar
dari Gerindra, yang membuat Prabowo marah besar, sehingga saat itu pula Ahok
mulai di incar dan Pilkada DKI Jakarta 2017 silam adalah ajang pembalasan yang
akan menjadi puncak dari kemarahan Gerindra terhadap Ahok. Namun akhirnya Ahok
tumbang bukan karena pertarungan politik secara fair, tapi karena kelancangan
lidahnya yang kemudian dijadikan sebagai lokomotif politik oleh sebagian orang
yang memanfaatkan isu agama untuk meraih kekuasaan, muncul demo berjilid-jilid,
aksi tamasya Al-Maidah, Image Gubernur Syariah, dan lain lain, isu agama paling
kentara dalam Pilkada DKI Jakarta, sehingga yang dimunculkan bukanlah gagasan
melainkan agamanya, namun meredam cepat pasca kekalahan Ahok usai Pilkada,
meski ada yang melakukan aksi atas keprihatinannya terhadap pelecehan Agama,
tapi para politisi yang punya kepentingan terhadap pilkada mengambil keuntungan
untuk memuluskan rencana terhadap kemenangan tim nya.
Maka,
aksi bully yang terus dilakukan oleh komunitas bukan pendukung Anies-Sandi saat
ini adalah bukan hanya aksi balas dendam, tapi karena bara api itu telah
dihidupkan terlebih dahulu yang cukup sulit untuk dipadamkan, dan akan terus
berlangsung, belum lagi pogram-pogram nyeleneh Anies-Sandi yang terkesan
terlalu mengada-ngada dan sulit untuk di realisasikan, namun jika saja
Anies-Sandi mampu merealisasikan janji-janjinya tersebut, maka akan membuat
bara api tersebut pelan pelan padam. Tapi melihat geliat politik ini akan terus
memanas dan membesar hingga pelaksanaan Pilpres 2019, karena komunitas
pendukung telah terpecah kedalam dua kubu besar yang berhubungan erat dengan
Pilpres 2019.
Tentu,
pihak oposisi yang saat ini tidak mendukung Presiden punya kepentingan besar
dalam hal ini, yaitu memuluskan rencana Prabowo melalui pemeliharaan dan
menyiram isu-isu negative demi dapat menaiki tangga tahta yang gagal
didapatkannya berulang kali, maka patutlah Pilpres 2019 ini menjadi ajang
mati-matian untuk meraih kemenangan pihak Prabowo, jika kalah mau ditarok
dimana muka ku. Bergitulah kira-kira nasib Prabowo dalam pertarungan politik
tanah air.
Kenapa Anies-Sandi Bakal Dibully Terus
Reviewed by Yudi Official
on
Oktober 23, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: