Nenek dan Kakek, kira kira umur mereka sekarang berkisar
88tahun dan sudah melalui kehidupan dengan 4 fase bendera yaitu (Jepang,
Belanda, RI, Aceh), mungkin juga ini satu satunya pasangan suami istri yang
masih hidup sehat setidaknya untuk dikampung ini, memiliki Cucu berkisar 25
orang dan sudah punya cicit berkisar 5 orang. Beliau juga menjadi saksi sejarah
yang melihat langsung kekejaman Jepang yang datang ke Aceh pada tahun 1942,
Kakek bercerita dengan baik setiap kejadian atas perlakuan Jepang terhadap
rakyat Aceh kala itu, begitu pula nenek pernah saya mendengar langsung beliau
berkisah tentang perlakuan tentara Jepang terhadapnya yang kala itu masih anak
anak, bahkan Kakek semalam juga bercerita tentang Jepang ketika ada tamu yang
menanyakan perihal penjajahan Jepang kala itu. Kondisi Kakek saat ini beliau
masih bisa berjalan tapi harus dengan bantuan dipapah.
Berbeda dengan Nenek yang beberapa hari in bicara kadang
kadang ngacau, kadang ia kerap bicara hal yang sudah berlalu. Menurut penuturan
Cecek (Adik Ibu - Bibi), Nenek sudah mulai bicara ngaur sejak berapa bulan
ini, daya ingat beliau melemah, bahkan sering barang yang beliau simpan tidak
lagi beliau ingat dimana letak disimpannya, ia juga tak mampu lagi berjalan
sama sekali, akibat kakinya yang sudah melemah, jika penglihatan Kakek sekarang
sudah mulai rabun jauh, tapi Nenek masih bisa melihat dengan jelas.
Dalam puasa tahun ini, Kakek hanya sanggup berpuasa enam
hari, sedangkan Nenek jauh lebih sanggup, Nenek hanya tinggal beberapa hari
puasanya. Dan Alhamdulillah pada puasa terakhir ditahun ini bisa berbuka puasa
bersama Nenek, menjelang berbuka Nenek berucap "Wahyudi (panggilan akrab
keluarga masa kecil), duduk disini, saya dari kemarin ingin berbuka puasa
dengan kamu" ujarnya dalam bahasa Aceh. Hampir disetiap kepulangan ku
kekampung ia selalu mengucapkan rindu ingin bertemu, maklum saja kedekatan ku
dengan Nenek seperti Anak dan Ibu.
***
Saya menghabiskan masa kecil disini, dari kecil diasuh oleh
Nenek dan Kakek, bahkan katanya ASI pun dari Nenek, maka tak heran saya
memanggil mereka berdua dengan sebutan Mamak dan Bapak. Pernah pula cucu cucu
lain protes karena perlakuan Nenek terhadapku berbeda dengan cucu lainnya,
Nenek sering menjawab, pantas saja aku memperlakukan ia berbeda karena aku
adalah orang yang membesarkannya sejak bayi, dan soal disindir dari cucu serta
termasuk anaknya (Abang dan Adik Ibu) sebagai "cucu kesayangan" kerap
kali kudapat dan kudengar.
Nenek kerap kali senyum senyum saja jika ada yang menyindir
aku sebagai cucu kesayanganya, karena ia pun tak menafikan kenyataan itu,
bahkan Kakek juga melakukan hal yang sama.
Saya juga menjadi saksi bagaimana kehidupan dan geliat
keramaian rumah ini ketika mereka berdua masih dalam keadaan sehat dan bugar.
Rumah yang dikenal pantang sepi ini karena begitu banyak orang yang tinggal dan
sekedar singgah dirumah ini. Nenek dikenal dengan orang yang sangat senang
menerima tamu dan datang kerumah, banyak saudara juga yang tinggal dan singgah
disini.
Jika lebaran tiba, dari lebaran pertama sampai ketiga kala
itu tak pernah sepi baik siang dan malam, bahkan keluarga kerap kali kualahan
menerima tamu sampai tak bisa bertamu kerumah lain akibat sibuk menerima tamu
dirumah, dan juga ketika anak beliau yang laki laki salah satunya meninggal
akibat penyakit yang diderita, rumah ini tak sepi orang yang datang baik
berkunjung maupun rombongan tahlilan, dari hari pertama sampai ketujuh, dalam
sehari bisa ada 3-5 kali rombongan tahlilan datang kerumah ini. Secara pribadi
saya sungguh mengagumi sosok beliau berdua ini.
Kakek seorang yang berkarakter keras tapi penyayang dan
memperhatikan hal-hal kecil, bahkan jika barang beliau ada yang memegang tanpa
se izin beliau, maka beliau dengan mudah mengetahuinya, karakter yang disiplin
dan melakukan aktivitasnya dengan sangat teratur setiap hari, mulai bangun
subuh sampai pekerjaan beliau sampai sore hari, dan juga penyayang binatang
kucing dan anjing. Jika ada yang mengganggu binatang kesayangan beliau
siap-siap saja dimarahinya, bahkan kami tak pernah diizinkan untuk memukulnya,
bahkan mengganggunya sekalipun, tak jarang ia memarahi anaknya jika ada yang
terlambat kasih makan kucing ketika beliau tak ada dirumah, jika Kakek makan
dirumah hal yang pertama ia lakukan sebelum makan adalah memberi makan
kucingnya terlebih dahulu baru kemudian ia makan.
Sedangkan Nenek berkarakter lembut dan penyayang, beliau
sangat menyukai anak anak, bahkan jika ada keluarga yang jarang mengunjungi
beliau, maka beliau pasti menanyakan perihal itu dan beliau juga orang yang
sangat menyukai bepergian, tak pernah ia lewatkan undangan sanak familinya,
jika ia tak bisa pergi maka pasti ada keluarga yang diutusnya. Begitulah beliau
menjaga hubungan baik dengan keluarga besar, termasuk keluarga jauh sekalipun
yang kadang saya pun tak mengenal sama sekali, bahkan beliau dengan mudah dan
mengenal semua silsilah keluarga yang padahal hubungannya pun kadang sudah
sangat jauh.
Tapi, keramaian itu perlahan lahan berubah, saya
merasakannya beberapa tahun belakangan termasuk tahun ini, setelah semua
anaknya menikah, rumah sudah mulai sepi, suasana rumah ketika lebaran jauh
berbeda, bahkan suasana hari hari biasa pun sudah jauh berbeda dan sangat sepi,
tidak seramai dulu, jika dulu tak pernah sepi, sekarang lebaran ketiga rumah
sudah sepi dan hari hari biasa juga jauh lebih sepi.
Semoga beliau berdua tetap dalam keadaan sehat wal afiat dan
masih bisa bertemu pada bulan Ramadhan mendatang... Amiiinnn
Cerita Hidup Dari Sosok Nenek & Kakek
Reviewed by Yudi Official
on
Juli 01, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: